Apa Itu Komorbid?, Belakangan kita sering mendengar komorbiditas atau dikenal dengan sebutan komorbid. Penyakit komorbid merupakan salah satu istilah yang sering muncul ketika membahas penyakit COVID-19.

Orang-orang dengan penyakit komorbid disebut lebih berisiko menderita gejala yang parah apabila terinfeksi virus Corona.

Apa Itu Komorbid?

Penyakit komorbid atau penyerta itu sendiri merupakan masalah kesehatan lain yang telah dimiliki oleh seseorang sebelum tubuhnya terinfeksi virus corona. Penyakit ini akan membuat COVID-19 yang dialami pengidap semakin parah karena imunitas tubuh yang lemah. Terlebih jika tidak tertangani.

Pengertian Komorbid

Komorbiditas adalah kondisi di mana seseorang menderita dua penyakit atau lebih pada saat yang bersamaan. Penyakit tersebut umumnya bersifat kronis atau menahun.

Komorbid adalah istilah kedokteran untuk menjelaskan penyakit penyerta selain penyakit utama yang sedang diderita. Dilansir dari Britannica, komorbid atau komorbiditas biasanya terkait dengan penyakit kronis. Komorbid rentan membuat kondisi kesehatan penderita ketika terkena suatu penyakit lain menjadi lebih rawan, dan membutuhkan perawatan kesehatan yang lebih kompleks.

Baca Juga :  Viral, Apa Benar Makanan Pedas Jadi Penyebab Kista? Ciri-ciri Kista Ovarium, Termasuk Kembung dan Sering Buang Air

Dilansir dari Everyday Health, ada beberapa penyakit komorbid yang ada. Berikut macam-macam penyakit komorbid diantaranya adalah:

  • Reaksi anafilaksis (bukan akibat vaksinasi Covid)
  • Alergi obat
  • Alergi makanan
  • Asma bronkial, dengan catatan: jika pasien dalam keadaan asma akut disarankan untuk menunda vaksinasi sampai asma pasien terkontrol baik.
  • Rhinitis alergi
  • Urtikaria
  • Dermatitis atopi
  • Penyakit Paru Obstruktif Kronik
  • Tuberkulosis
  • Kanker paru
  • Interstitial lung disease
  • Penyakit hati
  • Diabetes mellitus
  • Obesitas
  • Nodul tiroid
  • Pendonor darah
  • Penyakit gangguan psikosomatis
  • HIV, dengan catatan: Vaksinasi yang mengandung kuman yang mati/komponen tertentu dari kuman dapat diberikan walaupun CD4<200. Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa kekebalan yang timbul dapat tidak maksimal, sehingga dianjurkan untuk diulang saat CD4>200.

Kombinasi penyakit komorbid bisa beragam, seperti penyakit fisik, gangguan mental, atau kombinasi keduanya. Misalnya, penderita diabetes bisa sekaligus menderita tekanan darah tinggi (hipertensi), atau penderita kanker bisa saja menderita depresi pada saat yang bersamaan.

Baca Juga :  Efek Ginjal Ketika Kita Berpuasa 13 Jam Sehari

Orang yang menderita penyakit komorbid lebih berisiko mengalami peningkatan biaya perawatan kesehatan, mengalami hambatan dalam proses penyembuhan, dan mengalami kondisi yang fatal.

Komorbid rentan membuat kondisi kesehatan penderita ketika terkena suatu penyakit menjadi lebih rawan, dan membutuhkan perawatan kesehatan yang lebih kompleks.

Mengingat orang dengan penyakit komorbid adalah salah satu kelompok yang paling rentan terinfeksi COVID-19, mereka perlu lebih waspada dalam melakukan langkah pencegahan COVID-19. Salah satu caranya adalah dengan mendapatkan vaksin COVID-19.

Sekarangini, vaksin COVID-19 sudah boleh diberikan kepada penderita penyakit komorbid, bahkan dinilai aman dan bermanfaat, asalkan penyakit tersebut sudah terkontrol dengan pengobatan dari dokter.

Vaksinasi COVID-19 untuk pasien penyakit komorbid diakukan untuk mencegah munculnya gejala yang parah dan kondisi fatal akibat infeksi virus Corona.

Pelaksanaan pemberian vaksinasi harus tetap mengikuti petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi COVID-19, antara lain bagi kelompok Lansia, pemberian vaksinasi pada kelompok usia 60 tahun ke atas diberikan 2 dosis dengan interval pemberian 28 hari (0 dan 28).

Baca Juga :  Jawaban Apakah Boleh Minum Kopi Ketika Sahur?

Sementara untuk kelompok Komorbid, dalam hal ini Hipertensi, dapat divaksinasi kecuali jika tekanan darahnya di atas 180/110 MmHg, dan pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan sebelum meja skrining. Bagi kelompok komorbid dengan diabetes dapat divaksinasi sepanjang belum ada komplikasi akut.

Walaupun demikian, pemberian vaksin COVID-19 harus dilakukan secara hati-hati dan melalui pertimbangan medis yang matang guna mencegah dan meminimalkan terjadinya efek samping yang dapat membahayakan kondisi pasien.

Referensi:

  • https://sehatnegeriku.kemkes.go.id
  • https://www.halodoc.com
  • https://www.alodokter.com
  • https://www.sehatq.com