Wisata Banda Neira Pulau Penghasil Pala di Indonesia, Simak Sejarahnya. Pulau ini juga menjadi saksi bisu kolonialisme Belanda. Kota modernnya didirikan oleh anggota VOC, yang membantai penduduk Banda untuk mendapatkan palanya pada 1621 dan membawa yang tersisa ke Batavia (kini Jakarta) untuk dijadikan budak.

Keindahan Banda Neira memang tak terbantahkan. Salah satu pulau di Kepulauan Banda ini secara administratif, setidaknya ada enam desa di Banda Neira, yakni Dwiwarna, Kampung Baru, Merdeka, Nusantara, Rajawali, dan Tanah Rata.

Wisata Banda Neira Pulau Penghasil Pala di Indonesia, Simak Sejarahnya

Dikutip dari BPKP Maluku, Minggu (19/3/2023), Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli dunia. Hal tersebut dikarenakan Kepulauan Banda menjadi satu-satunya sumber rempah-rempah bernilai tinggi hingga pertengahan abad ke-19.

Banda Neira atau Banda Naira adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Banda, Provinsi Maluku. Pesona Banda Neira membuatnya terkenal di dunia internasional. Bahkan berkat kekayaan hasil bumi tersebut, seperti buah pala, Banda Neira terkenal sejak abad 16 oleh orang-orang Eropa.

Jangan mati sebelum ke Banda Neira, ucap Sutan Syahrir. Ucapan yang sangat populer itu menggambarkan betapa istimewanya Banda Neira bagi perjalanan sejarah Indonesia. Tak hanya meninggalkan segudang kisah sejarah, keindangan alamnya pun rasanya terlalu sayang untuk dilewatkan seumur hidup.

Wisata Banda Neira Pulau Penghasil Pala di Indonesia, Simak Sejarahnya

Fakta apa saja yang tersimpan rapi di Banda Neira:

1. Penghasil buah pala

Sebenarnya buah pala menjadi berkah sekaligus musibah. Sebab, karena melimpahnya buan pala banyak pedagang dari Eropa, mulai dari Spanyol, Inggris, hingga Portugis, yang datang untuk membeli dengan harga tinggi.

Wajar, Banda Neira disebut sebagai satu-satunya tempat penghasil buah pala di dunia. Namun, petaka datang saat pasukan Belanda tiba dan membantai para penduduk Banda Neira.

2. Dijajah Eropa

Meski bangsa Eropa awalnya datang untuk berdagang, nyatanya tidak berjalan mulus. Kolonialisme pun terjadi di Banda Neira seperti di banyak wilayah di Nusantara. Kekayaan alam melimpah yang dihasilkan Banda Neira membuatnya jadi salah satu wilayah jajahan bangsa Eropa, khususnya Belanda.

Upaya penjajahan yang dilakukan Belanda mendapatkan dukungan dari pedagang Inggris. Inggris yang lebih dulu berdagang dengan penduduk Banda Neira ikut mengipasi perlawanan pada 1609. Hasilnya, penduduk Banda Neira dibantai dan diusir dari kampung halaman karena Belanda ingin memonopoli perdagangan pala.

Baca Juga :  Cek Jurusan Favorit Universitas Negeri Medan (Unimed) di Jalur SNBP 2024

Wisata Banda Neira Pulau Penghasil Pala di Indonesia, Simak Sejarahnya

3. Monumen Parigi Rante

Setelah rakyat Banda Neira dibantai, banyak yang dikirim ke Pulau Jawa untuk menjadi budak. Demi mengenang aksi pembantaian tersebut dibangunlah Monumen Parigi Rante.

4. Benteng Pertahanan

Portugis yang lebih dulu datang untuk berdagang, membangun Benteng Belgica di pulau Neira. Benteng itu dibangun untuk memantau kedatangan musuh.

Saat mendarat di Banda Neira, Belanda yang tidak diterima rakyat pribumi membangun sejumlah benteng sebagai langkah memulai perang. Sejumlah benteng pun didirikan, seperti Benteng Revengie, Benteng Hollandia, dan Benteng Concordia.

5. Bung Hatta dan Syahril Diasingkan ke Banda Neira

Banda Neira menjadi salah satu tempat pengasingan untuk sejumlah pahlawan. Bung HAtta, Sutan Syahrir dan Dr Cipto Mangukusumo pernah dibuang di Banda Neira. Bung Hatta dikirim ke Banda Neira pada 11 Februari 1936 setelah satu sebelumnya dibuang di Boven Digoel, Papua.

Wisata Banda Neira Pulau Penghasil Pala di Indonesia, Simak Sejarahnya

6. Mau Ditukar dengan Manhattan

Perang antaran Inggris dan Belanda di Banda Neira berakhir dengan penandatanganan Traktat Breda pada 31 Juli 1667. Salah satu isi traktat menyebut Inggris harus angkat kaki dari Pulau Run, Kepulauan Banda.

Pulau Run akan menjadi milik Belanda, sementara Inggris mendapatkan Nieuw Amsterdam di Amerika Utara yang kini menjadi Manhattan, kota bisnis terbesar di dunia. Sementara Pulau Run tak berkembang menyusul hilangnya eksistensi pala di dunia.

7. Diabadikan di Rp 1.000

Salah satu wilayah yang diabadikan di lembaran rupiah adalah Banda Neira. Pada pecahan Rp 1.000 edisi 2016 terlihat gambar Banda Neira di bagian belakang yang bersanding dengan gambar Tari Tifa dan Bunga anggrek Larat yang juga menjadi identitas dari wilayah Maluku.

Di Banda Neira, wisatawan dapat menikmati wisata alam, budaya, sekaligus sejarah. Untuk wisata sejarah dan budaya, wisatawan dapat mengunjungi Benteng Belgica, Benteng Nassau, Istana Mini, dan bangunan-bangunan kolonial yang biasanya ada di ruas jalan yang sama.

Baca Juga :  Data Instansi yang Buka Formasi CPNS 2024 Lulusan SMA/SMK Sederajat

Karena pernah jadi basis pertahanan tentara VOC, Anda akan banyak temui gaya bangunan khas Belanda disini. Simak rangkumannya berikut ini.

Benteng Belgica

Benteng Belgica adalah benteng VOC yang dibangun di atas sebuah bukit dan ditempuh hanya 10 menit berjalan kaki dari Delfica Guest House. Benteng ini berada di sebelah barat daya Pulau Neira dan terletak pada ketinggian 30 meter dari permukaan laut.

Wisatawan akan disuguhkan pemandangan mengagumkan di sekeliling saat berdiri di benteng. Selain itu, Benteng Belgica dibangun pada 1611 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Bot.

Wisata Banda Neira Pulau Penghasil Pala di Indonesia, Simak Sejarahnya

Wisata Sejarah di Banda Neira

Karena posisinya yang strategis, dari sini wisatwan dapat melihat ke segala penjuru pulau. Kala itu, keberadaan Benteng Belgica memudahkan VOC mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Banda.

Benteng Belgica dibangun dengan gaya bangunan persegi lima yang berada di atas bukit. Namun, bila dilihat dari semua penjuru hanya akan terlihat empat buah sisi.

Konstruksi benteng terdiri atadari s dua lapis bangunan dan untuk memasukinya, wisatawan harus menaiki anak tangga. Di bagian tengah benteng terdapat sebuah ruang terbuka luas untuk para tahanan.

Di tengah ruang terbuka, wisatawan bisa melihat dua buah sumur rahasia yang konon menghubungkan benteng dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai. Menurut sejarah, benteng ini sebenarnya adalah salah satu benteng peninggalan Portugis yang awalnya berfungsi sebagai pusat pertahanan.

Namun pada masa penjajahan Belanda, Benteng Belgica beralih fungsi untuk memantau lalu lintas kapal dagang. Pada 1622 oleh JP Coen, benteng ini diperbesar.

Wisata Banda Neira Pulau Penghasil Pala di Indonesia, Simak Sejarahnya

Rumah Pengasingan Bung Hatta

Pada 1667, Benteng Belgica diperbesar lagi oleh Cornelis Speelman. Kemudian Gubernur Jenderal Craft van Limburg Stirum memerintahkan agar benteng ini dipugar dan menjadi markas militer Belanda hingga 1860.

Uniknya, setiap sisi benteng terdapat sebuah menara. Untuk menuju puncak menara tersedia tangga dan wisatawan harus berhati-hati menaikinya karena posisi tangga nyaris tegak dan lubang keluar yang sempit.

Baca Juga :  Cek Bansos BPNT Februari-Maret 2024 Rp 400.000 Melalui Kartu KKS BNI

Dari sini, wisatawan bisa menikmati pulau-pulau di sekitar Pulau Neira seperti Pulau Banda Besar, Gunung Api dan birunya Laut Banda. Belum lagi hilir mudiknya perahu nelayan.

Selain itu, saat berkunjung ke Banda Neira, mampirlah juga ke rumah pengasingan Bung Hatta. Dikutip dari Kebudayaan Kemdikbud, Minggu (19/3/2023), Rumah Hatta berada di samping penjara atau lapas Banda Naira, tidak jauh dari benteng Belgica dan Nassau. Rumah Hatta terdiri dari tiga bangunan yakni bangunan utama, bangunan belakang dan bangunan samping.

Semuanya menggunakan atap seng, bangunan utama atap bertipe perisai dan dua bangunan lain menggunakan tipe pelana. Plafon menggunakan papan kayu sedangkan lantainya menggunakan bahan terakota.

Wisata Banda Neira Pulau Penghasil Pala di Indonesia, Simak Sejarahnya

Di Balik Rumah Pengasingan Bung Hatta

Bangunan utama terdiri dari lima ruangan dan dua teras, di depan dan di belakang. Di teras depan terdapat tangga masuk berbentuk seperempat lingkaran di samping kanan-kiri teras.

Berpagar menggunakan kayu dengan tinggi 90 cm. Terdapat pintu samping di sebelah kanan dari teras depan. Pada bangunan utama ini dulu digunakan oleh Bung Hatta untuk kegiatan sehari-hari seperti menemui tamu-tamu beliau, menulis, membaca buku, tidur, dan kegiatan lainnya.

Masih tersimpan tempat tidur, lemari dan meja yang dulu digunakan oleh Bung Hatta tidur selama pengasingan. Di ruang kerja terdapat mesin ketik sebagai sarana menumpahkan pikirannya dalam sebuah tulisan.

Di ruang makan juga terdapat lemari makanan yang digunakan untuk menyimpan makanan untuk Bung Hatta. Di ruang tamu terpajang foto-foto Bung Hatta dan beberapa furnitur seperti meja dan kursi. Di ruang tengah terdapat beberapa tabung gas, tabung tersebut dulu digunakan sebagai bahan bakar lampu sebagai penerangan.

Wisata Banda Neira Pulau Penghasil Pala di Indonesia, Simak Sejarahnya

Sumber : https://www.liputan6.com/