Mengenal Duck Syndrome, Terlihat Bahagia Padahal Tertekan, Psikologis yang Rentan Dialami Anak Muda, duck syndrome dianalogikan dengan bebek yang sedang berenang.

Ketika bebek berenang, bagian atas tubuhnya terlihat sangat tenang, padahal kakinya bergerak-gerak atau berusaha dengan keras saat berenang di bawah air.

Mengenal Duck Syndrome, Terlihat Bahagia Padahal Tertekan, Psikologis yang Rentan Dialami Anak Muda

Keadaan mental yang sehat akan menjadikan kita lebih produktif, lebih positif, serta baik dalam bersosialisasi. Dilansir dari Mental Health UK, 50% masalah kesehatan mental terjadi pada usia 14 tahun dan 75% terjadi pada usia 24 tahun.

Apa itu duck syndrome?

Istilah ini pertama kali digunakan di Standford University. Duck syndrome sendiri tidak masuk pada istilah gangguan mental secara formal atau tidak ada diagnosis formalnya dalam psikologi.

Namun demikian, duck syndrome lebih mengacu kepada fenomena yang digunakan untuk mendeskripsikan mahasiswa ataupun individu yang beranjak dewasa.

Ketika seseorang terlihat mengarungi kehidupannya dengan tenang, tapi sesungguhnya sedang mengalami tekanan besar dan bersusah payah mempertahankan posisinya, inilah yang disebut dengan duck syndrom.

Istilah ini tidak secara formal merujuk pada penyakit mental tertentu, tetapi perasaan susah payah mempertahankan sikap tenang secara eksternal sembari bergelut memenuhi tuntutan hidup adalah sesuatu yang nyata.

Baca Juga :  Cek Bansos BPNT Februari-Maret 2024 Rp 400.000 Melalui Kartu KKS BNI

Duck syndrome hingga saat ini belum secara resmi diakui sebagai gangguan mental. Umumnya fenomena ini dialami oleh mereka yang masih berusia muda, misalnya siswa, mahasiswa, atau pekerja

Walaupun merasakan banyak tekanan dan stres, sebagian penderita duck syndrome masih bisa produktif dan beraktivitas dengan baik.

Hal ini mungkin terkait dengan perilaku stoicism atau ketabahan yang kuat. Namun demikian, orang yang mengalami duck syndrome juga berisiko untuk mengalami masalah kejiwaan tertentu, seperti gangguan cemas dan depresi.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami duck syndrome, di antaranya:

  • Pola asuh helikopter
  • Tuntutan akademik
  • Ekspektasi yang terlalu tinggi dari keluarga dan teman
  • Pengaruh media sosial, misalnya terbuai ide bahwa kehidupan orang lain lebih sempurna dan bahagia ketika melihat unggahan dari orang tersebut
  • Perfeksionisme

Gejala duck syndrome

Hingga saat ini, Gejala duck syndrome tidak jelas dan bisa menyerupai gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan cemas.

Akan tetapi, beberapa penderita sindrom ini sering kali akan mengalami p%erasaan seperti:

  • Merasa cemas
  • Gugup
  • Tertekan secara mental, tetapi memaksakan diri untuk tampak baik-baik saja atau bahagia.
  • Terkadang merasa sering susah tidur
  • Pusing
  • Susah konsentrasi
  • Cenderung suka membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa bahwa hidup orang lain lebih baik dan sempurna darinya
  • Mereka juga memiliki tendensi untuk menganggap bahwa mereka sedang diamati atau diuji oleh orang lain sehingga harus menunjukkan kemampuannya semaksimal mungkin.
  • Pernah mengalami peristiwa traumatik, seperti pelecehan verbal, fisik, kekerasan dalam rumah tangga, atau kematian orang yang dicintai
  • Self-esteem yang rendah
  • Merasa kewalahan dengan situasi
  • Kesulitan menenangkan pikiran
  • Merasa bersalah pada diri sendiri, kesepian, atau membandingkan diri dengan orang lain, merasa bahwa orang lain selalu dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik
  • Gejala fisik seperti merasa tak punya energi, susah tidur, otot tegang, mimisan
  • Gejala kognitif seperti, khawatir terus menerus, pelupa, susah fokus.
  • Perubahan pada kebiasaan seperti selera makan
Baca Juga :  Kode Redeem Game My Hotpot Story 18 Februari 2024 Valid Terbaru, Simak Tips Cara Main

Cara Mengatasi duck syndrome

Mengutip dari alodokter, Jika kamu mengalami duck syndrome, cobalah untuk mencari pertolongan dan lakukan beberapa tips berikut untuk menjaga kesehatan mentalmu, diantaranya adalah:

  • Lakukan konseling dengan pembimbing akademik atau konselor di sekolah atau kampus.
  • Kenali kapasitas diri agar dapat bekerja sesuai dengan kemampuan.
  • Belajar untuk mencintai diri sendiri.
  • Jalani gaya hidup sehat, yakni dengan mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, serta menghindari rokok dan minuman beralkohol.
  • Luangkan waktu untuk melakukan me time atau relaksasi guna mengurangi stres.
  • Ubah pola pikir menjadi lebih positif dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain.
  • Jauhi media sosial untuk beberapa waktu.

Berusaha keras menjadi tampak sempurna membutuhkan upaya yang luar biasa. Pada proses pencapaiannya sering kali menimbulkan tekanan atau stres

Baca Juga :  Kode Redeem Game Top War Battle 18 Februari 2024 Terbaru Valid, Simak Tips Cara Main

Ketika mengalami gejala-gejala tersebut, alangkah baiknya jika kamu segera menemui dokter atau psikolog. Hal ini agar gangguan psikologis yang sedang dialami tidak semakin parah dan dapat segera diatasi dengan baik.

Dan selalu Ingat, bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan semua orang memiliki perjuangannya masing-masing.

Sumber: alodokter.com, hellosehat.com, rsjlawang.com