Kehidupan Wanita Kecap Asin di Distrik Gangnam Korea Selatan, siapa yang tidak tahu negara yang terkenal dengan drama romantis dan groupband-nya yang memesona. Ya, Korea Selatan dong pastinya. Tidak diragukan lagi bahwa fashion warganya yang menarik menjadi kiblat seluruh dunia tak terkecuali di Negara Indonesia. Bicara soal fashion dan gaya hidup tentu kita tidak dapat melupakan salah satu distrik termewah disana, Distrik Gangnam namanya. Tapi, dibalik kemewahannya terdapat lelucon yang cukup memprihatinkan, sebutan bagi mereka yang memaksakan diri untuk terlihat memiliki taraf hidup yang tinggi dengan cara memaksakan diri, begitulah kehidupan wanita kecap asin.

Wanita Kecap Asin di Distrik Gangnam yang Terkenal Akan Kemewahannya

Distrik Gangnam

Gangnam adalah nama salah satu kawasan mewah di Korea Selatan. Kata Gangnam sendiri memiliki arti bagian selatan sungai. Hal ini tentu sesuai dengan letak geografis distrik Gangnam yang berada yang berada di dekat Sungai Han.

Gangnam seperti menjadi simbol kemewahan dan kekayaan di Korea Selatan. Bagaimana tidak, distrik ini terkenal dengan selera fashion yang WOW dan kehidupan warganya yang glamour. Bahkan tak heran dikatakan “Jika kamu mau berjalan di kawasan Gangnam pastikan kamu memiliki uang yang banyak dan pastikan pula kamu menggunakan style  yang terlihat bagus dan pantas.”

Hingga kini cara berpakaian masih menjadi hal yang sensitif di distrik ini. Bagi mereka yang berkantong tebal mungkin ini adalah hal yang mudah tapi tak jarang bagi mereka yang memiliki pendapatan dan keadaan ekonomi pas-pasan pun turut mengikuti gaya hidup ini agar terlihat memiliki level sosial yang sama. Tak jarang sebutan wanita kecap asin ini pun muncul sebagai sindiran bagi mereka yang notabenenya adalah wanita.

Kehidupan Wanita Kecap Asin di Distrik Gangnam

 “Najeuneun ttasaroun inganjeogin yeoja..

Kheophi hanjanui yeoyureul aneun phumhyeok inneun yeoja..”

Kutipan kalimat di atas di ambil dari lirik lagu PSY yang berjudul Gangnam Style, lirik tersebut memiliki arti “Seorang gadis yang hangat dan biasa di siang hari, seorang gadis berkelas yang tahu bagaimana menikmati kebebasan secangkir kopi.”

Dilihat dari liriknya jelas lagu tersebut memiliki makna sindiran sosial bagi orang-orang dengan gaya hidup ini. Wanita kecap asin sendiri muncul sebagai kritik  bagi mereka yang hanya membeli mie murah berharga belasan ribu (biasanya dibumbui dengan kecap asin) demi bisa membeli secangkir kopi di caffe atau restoran mewah.

Wanita kecap asin ini bahkan hanya rela mengeluarkan uang sedikit untuk kebutuhan primer tapi bersedia mengeluarkan uang yang banyak untuk kebutuhan sekunder bahkan tersier. Demi memenuhi keinginannya, mereka sampai reka makan makanan pokok yang murah demi penampilan yang mentereng. Kebanyakan dari kalangan wanita kecap asin ini memiliki ekonomi mulai dari menengah hingga ke bawah. Tentu untuk gaya hidup level sosialita hal itu tidaklah cukup, untuk itulah mereka cenderung memaksakan diri agar bisa terlihat seperti orang yang memiliki level sosial tertentu.

Itulah Gangnam dengan segala kemewahan di dalamnya, distrik yang berisikan real estate ternama, management artis terkenal, hingga berisikan orang-orang rupawan yang dihiasi dengan barang branded. Disisi lain, hal ini seperti ironi yang menyedihkan dibalik silaunya kehidupan distrik yang bergengsi. Bahkan hanya untuk diterima dan dapat diakui  di lingkungan sosialnya sebagian orang memilih jalan ini menjadi gaya hidupnya, “Kehidupan Wanita Kecap Asin”.

Kehidupan Wanita Kecap Asin di Distrik Gangnam Korea Selatan.

Refensi: fimela.com, republika.co.id

Foto Ilustrasi Oleh Mandy Zhang dari Unsplash.com