Inilah Asal Usul Tradisi Lebaran Menurut Sosiolog. THR adalah hal yang paling ditunggu para pekerja atau karyawan setiap tahunnya. Biasanya, pegawai negeri sipil (PNS) sampai pekerja swasta akan menerima THR menjelang lebaran Idul Fitri.

Adapun kepanjangan THR adalah Tunjangan Hari Raya. THR adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan pemberi kerja kepada pekerja atau keluarganya menjelang hari raya keagamaan di Indonesia.

Inilah Asal Usul Tradisi Lebaran Menurut Sosiolog

Bagaimana asal usulnya menurut aspek sosiologis? Pakar sosiologi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Musta’in Mashud, menjelaskan ketiga tradisi menjelang lebaran ini melalui kacamata sosiologi. Menurutnya, tradisi-tradisi tersebut memiliki akar sejarah yang unik serta patut diapresiasi keberadaannya.

1. Mudik

Mudik atau singkatan dari ‘mulih dilik’ memiliki arti pulang sebentar. Sesuai namanya, mudik merupakan tradisi lebaran yang umum dilakukan masyarakat urban untuk kembali ke kampung halaman.

Musta’in menjelaskan, mudik merupakan momen untuk kembali kepada memori masa lampau bersama keluarga. Hal ini merupakan konsekuensi logis yang terbentuk secara alami di dalam diri manusia ketika berada jauh dari keluarga.

2. Bagi-Bagi THR

Bagi-bagi THR sudah menjadi tradisi yang sangat ditunggu-tunggu oleh pekerja menjelang Hari Raya Idul Fitri. Istilah ini bahkan dipakai juga untuk memberikan uang kepada keponakan atau saudara yang masih kecil saat momen lebaran.

Menurut Musta’in, bagi-bagi THR dan menunaikan zakat keduanya memiliki makna yang sama jika dilihat dari kacamata sosiologi, yakni sebagai bentuk semangat manusia untuk kembali ke fitrah.

Fitrahnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Oleh sebab itu, manusia membentuk komunalitas untuk saling berinteraksi dan berbagi dalam memenuhi hajatnya.

Pada masyarakat pedesaan, kebersamaan dan solidaritas terjaga dengan baik karena didukung oleh budaya tradisional dan struktur mata pencaharian masyarakat yang berada dekat dengan lingkungan rumah. Mereka dulu belum mengenal istilah THR.

THR adalah hasil dari sifat manusia yang saling berbagi. Namun kini THR menjadi sesuatu yang diwajibkan oleh negara karena hal ini merupakan momen yang sudah disepakati sebagai bentuk dari hajat bersama agar semua pihak baik pemerintah, pengusaha, buruh maupun swasta dapat sama-sama mengambil manfaatnya.

3. Menukar Uang Baru

Menjelang lebaran, uang dengan pecahan baru diburu oleh masyarakat. Pasalnya uang baru akan digunakan untuk berbagi THR kepada keponakan atau sanak keluarga.

Menurut Musta’in, hal ini merupakan salah satu bagian dari fasilitas momen. Momen Hari Raya Idul Fitri identik dengan ‘salam tempel’ agar tidak terjadi kecemburuan sosial antar keluarga, maka uang yang dibagikan untuk salam tempel nilainya harus sama dengan ditukarkan di bank.

Proses itu terjadi secara terus menerus dan menjadi sebuah tradisi baru di masyarakat. “Momen itu dapat menjadi bagian dari kebutuhan diri,” jelasnya.

Itulah asal usul tradisi lebaran menurut sosiologi, semoga hari raya idul fitri tahun ini semakin berkah ya!

Inilah Asal Usul Tradisi Lebaran Menurut Sosiolog, Simak penjelasannya

Sumber:

https://news.detik.com