Sejarah dan Perkembangan Syal di Dunia Fashion, pasti kita sudah tidak asing dengan penggunaan kain panjang yang melingkar di leher ini. Syal atau dalam bahasa inggris disebut scarf, merupakan aksesoris sekaligus item wajib yang digunakan selama musim dingin.

Seiring dengan perkembangan zaman, kini penggunaan syal tidak hanya digunakan saat musim dingin. Lebih dari itu, kini syal berkembang sebagai item fashion untuk melengkapi penampilan. Bahan pembuatan syal yang semakin beragam pun membuatnya bisa dipakai di berbagai musim.

Sebelum seperti sekarang, syal ini telah melalui perkembangan yang sangat pajang, berikut sejarah dan perkembangan syal di dunia fashion yang menarik untuk diketahui:

Sejarah dan Perkembangan Syal

Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun Lalu

Sejarah syal ini dimulai hampir dua ribu tahun yang lalu. Penemuan arkeologi dari tahun 1970-an menunjukkan bahwa itu pertama kali dipakai oleh militer Tiongkok. Pada penguburan masa kaisar Cina Qin Shi Huang yang ditemukan pada tahun 1974, ditemukan di antara para prajurit terakota menggunakan ikat leher. Ikat leher ini dibuat dengan sangat terampil sehingga dapat dengan mudah membedakan lipatannya.

Penemuan tersebut menegaskan bahwa para pejuang Tiongkok mengikatkan sepotong bahan di leher mereka untuk melindungi mereka dari dingin dan angin, yaitu, mereka menggunakan syal hanya untuk alasan praktis. Kemudian, gradasi syal menurut pangkat militer muncul dengan detail seperti, prajurit yang dekat dengan kaisar mengenakan sutra, dan yang lebih rendah terbuat dari katun. Sebelum penemuan ini, orang Romawi dianggap sebagai penemu syal.

Yunani dan Romawi Kuno

Pada masa tersebut syal dipopulerkan sebagai sudarim atau lap keringat. Hal ini dikarekan pada masa tersebut syal digunakan ketika bekerja untuk menyeka keringat atau saat musim panas.

Kalangan Kerajaan

Pada abad ke 17, bahan sutra yang dinilai paling indah menjadi populer di kalangan masyarakat kelas atas. Misalnya, komposer Beethoven menyukai aksesori syal ini. Namun, ia lebih memilih warna merah yang dramatis untuk menonjolkan penampilannya yang brutal.

Napoleon Bonaparte juga mengagumi syal sutra, yang secara khusus dibawa untuknya dari India. Lalu, Raja Louis XIV dari Prancis yang melihat syal sutra cerah pada tentara Kroasia dan menyukainya.

Masa Kini

Secara perlahan dan melalui proses yang panjang, syal yang mulanya hanya digunakan dengan cara diikat di leher atau pinggang pria mulai masuk ke dalam gaya berbusana wanita.

Tidak hanya terbatas di leher, syal pun kini mulai dikreasikan penggunaannya. Mulai dari dijadikan headband, bandana, hingga aksesoris yang diikatkan di tas.

Sejarah dan Perkembangan Syal di Dunia Fashion

(pacificlight.ru, fitinline.com, foto ilustrasi: Karen CantĂș Q on Unsplash)