Puncak Hujan Meteor Sigma-Hybrid 12-13 Desember 2021, Di langit Indonesia pada Kamis hari ini dan Jumat besok (12-13 Agustus 2021) menjadi puncak fenomena Hujan Meteor Perseid. Fenomena tersebut sudah terjadi sejak 17 Juli hingga 24 Agustus 2021.

Puncak Hujan Meteor Sigma-Hybrid 12-13 Desember 2021


Hujan meteor ini dapat disaksikan pada 12-13 Desember mulai pukul 21.15 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari, 25 menit sebelum terbenam Matahari. Intensitas hujan meteor kali ini untuk Indonesia berkisar 2,9-3 meteor/jam dari Sabang hingga Pulau Rote.

Hujan meteor ini dapat disaksikan 14-15 Desember sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari dari arah Timur Laut hingga Barat Laut.

Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia berkisar 86 meteor/jam (Sabang) hingga 107 meteor/jam (Pulau Rote). Hujan meteor Geminid akan aktif dari 4 Desember hingga 17 Desember, dengan puncak meteor akan terjadi pada 14 Desember 2021.

Selama periode ini, pengamat memiliki peluang untuk melihat meteor Geminid di konstelasi Gemini. Hujan meteor Geminid baru akan terlihat sekitar pukul 20:06 WIB setiap malam, ketika titik pancarannya naik di atas ufuk timur. Hujan meteor ini akan tetap aktif hingga fajar menyingsing sekitar pukul 05:08 WIB.

Pancuran hujan meteor ini akan menghasilkan tampilan terbaiknya sekitar pukul 02:00 WIB, ketika titik pancarannya paling tinggi di langit. Pada puncaknya, hujan meteor diperkirakan akan menghasilkan laju nominal sekitar 120 meteor per jam.

Baca Juga :  Cara Mudah Registrasi Akun Kereta Cepat Whoosh 2024

Dari wilayah Indonesia, pancaran hujan meteor akan muncul pada ketinggian puncak 50 derajat di atas cakrawala, sehingga diperkirakan pengamat dapat melihat hingga 92 meteor per jam. Hujan meteor Geminid sendiri berasal dari asteroid 3200 Phaethon, batuan antariksa yang mengitari Matahari sekali setiap 1,43 tahun.

Berikut ini jadwal fenomena astronomi selama pekan kedua Desember 2021:

  • Puncak Hujan Meteor Monocerotid: 9-10 Desember 2021
  • Puncak Hujan Meteor Chi-Orionid: 10-11 Desember 2021
  • Fase Bulan Perbani Awal: 11 Desember 2021
  • Komet C/2021 A1 (Leonard) melintas dekat Bumi: 12 Desember 2021
  • Puncak Hujan Meteor Sigma-Hydrid: 12-13 Desember 2021
  • Puncak Hujan Meteor Geminid: 14-15 Desember 2021.

Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang, mengatakan, keempat hujan meteor itu akan terlihat sama jika dilihat secara visual.

Perbedaan keempat hujan meteor itu, lanjut Andi, terletak pada asal titik radiannya. “Sama saja. Tampak seperti kilatan cahaya yang memanjang,”  Arah gerak meteor keluar dari titik radian,” ujar Andi.

Titik radian masing-masing meteor sesuai dengan nama masing-masing hujan meteor. Meteor Germinid berada di konstelasi Gemini, Monocerotid di konstelasi Monoceros. Chi-orionid berada di dekat bintang Chi-orionis, dan Sigma-Hydrid di dekat bintang Sigma-Hydrae. Adapun perbedaan kedua terletak pada intensitas meteor. Germinid termasuk hujan meteor mayor karena intensitas saat di zenit (zenithal hour range) mencapai 120 meteor per jam.

Baca Juga :  Cara Mudah Registrasi Akun Kereta Cepat Whoosh 2024

Di Indonesia, titik radian Germinid berkulminasi dengan ketinggian 46-63 derajat arah utara. Oleh karena itu, intensitas berkurang menjadi 86-107 meteor per jam. Sementara, pada Hujan Meteor Chi Orionid intensitas yakni 2,5-2,9 meteor per jam.

Pada Sigma-Hydrid, intensitas 2,9-3 meteor per jam, sedangkan Monocerotid memiliki intensitas 1,9-2 meteor per jam. “Perbedaan yang ketiga pada kelajuan gerak meteornya,” ujar Andi.

Pada Meteor Geminid, kelajuan gerak yakni 35 km/detik atau 126.000 km per jam. Sedangkan Sigma-Hydrid memiliki kelajuan 58 km per detik atau 208.800 km per jam. Monocerotid kelajuan 42 km per detik atau 151.200 km per jam dan Chi-Orionid tidak ada data kelajuan gerak meteor.

Perbedaan keempat yakni dari arah lokasi titik radian dan waktu pengamatannya. Geminid dan Chi-Orionid bisa disaksikan dari arah timur laut, sedangkan Monocerotid dan Sigma-Hydrid dapat disaksikan dari arah timur.

“Baik itu Geminid, Monocerotid dan Sigma-Hydrid dapat disaksikan setelah Isya atau akhir senja astronomis (75 menit setelah Matahari terbenam). Sedangkan Chi-Orionid dapat disaksikan sebelum Isya,” kata Andi.

Baca Juga :  Cara Mudah Registrasi Akun Kereta Cepat Whoosh 2024

Sigma-Hydrid adalah hujan meteor minor yang titik radiannya berada di dekat bintang Sigma Hydrae konstelasi Hydra yang berbatasan dengan konstelasi Monoceros.

Sumber dari hujan meteor ini adalah sisa debu benda langit yang tidak diketahui dan pertama kali diamati oleh Richard E. McCrosky dan Annette Posen. Di Indonesia, intensitas hujan meteor ini berkisar antara 2,9-3 meteor/jam (Sabang sampai P. Rote).

Hal itu karena titik radian berkulminasi pada ketinggian 77-90 derajat arah utara dan 86-90 derajat arah selatan, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 3 meteor/jam.

Pastikan cuaca cerah dan bebas penghalang maupun polusi cahaya untuk menyaksikan hujan meteor ini. Hujan meteor ini dapat disaksikan mulai pukul 21.15 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam matahari) dari arah Timur hingga Barat.

Referensi : lapan.go.id,kompas.com, suara.com