Pandemi Dinilai Picu Popularitas Konten TikTok. Perusahaan keamanan IT, Cloudflare merilis bahwa aplikasi TikTok mendapat hits lebih banyak dari pada mesin pencari Google tahun ini.

Melonjaknya hist aplikasi TikTok ditengarai karena pandemi yang memaksa orang berada di rumah dan mencari hiburan dari TikTok.

Pandemi Dinilai Picu Popularitas Konten TikTok

Pengamat budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan menyebut bahwa popularitas media sosial TikTok yang meroket salah satunya dipicu oleh pandemi.

“Selain karakter TikTok yang cocok dengan karakter digital native, popularitas TikTok yang meroket, tak lepas dari situasi pandemi Covid-19,” kata Firman kepada CNNIndonesia.com melalui pesan teks, Jumat (24/12).

“Dalam situasi aktivitas yang terpusat di rumah dan termediasi oleh perangkat digital, adanya platform yang dapat mewadahi kreativitas penciptaan konten yang leluasa, merupakan perangkat yang sangat membantu, mengatasi kejenuhan,” imbuhnya.

TikTok dilaporkan berhasil menyalip raksasa teknologi Google sebagai website paling banyak dikunjungi pada tahun 2021.

Ulasan Firman senada dengan analisis Virgin Media O2, yang menyebut pandemi Covid-19 memaksa orang-orang untuk menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan dan jauh dari pertemuan sosial di kehidupan nyata.

Kemudian pola aktivitas online ini berlanjut bahkan ketika pembatasan aktivitas berakhir.

Momen berakhirnya pembatasan aktivitas yang disebut “the summer of freedom” menciptakan momen untuk mengisi dan memperbarui akun media sosial mereka, dilansir dari Independent.

Kembali ke Firman, ia juga menyebut salah satu alasan TikTok sangat diminati dibanding media sosial lain adalah karena kemampuannya untuk menciptakan konten.

“Keistimewaan TikTok dibanding aplikasi media sosial lainnya adalah disediakannya ruang penciptaan konten yang sesuai dengan demografinya,” ujar Firman.

Demografi audiens TikTok yang berusia muda dinilai Firman semakin cocok dengan platform video yang dihadirkan.

“Demografi target audience TikTok adalah mereka yang berusia milenial akhir, kelahiran 90-an hingga awal 2000-an. Mereka saat ini berusia sekitar 20-30. Sehingga konten yang sesuai dengan kelompok ini adalah video,” jelasnya.

Selain itu, ruang kreasi yang disediakan TikTok juga memberi keleluasaan dan kemudahan bagi penggunanya, melalui sejumlah fitur yang dihadirkan.

“Tiktok menyediakan ruang kreasi produksi video bagi penggunanya, dengan keleluasaan untuk memanfaatkan filter yang beragam, fasilitas pengaturan kecepatan video yang mudah dioperasikan, akses ke audio profesional yang dapat dimanfaatkannya sebagai latar suara video hingga fasilitas lipsync yang mudah digunakan,” papar Firman.

Lebih lanjut, unsur gamifikasi dan algoritma TikTok membuat pengguna harus se-kreatif mungkin dalam membuat kontennya agar mampu menciptakan daya tarik bagi pengguna lain.

“Video hasil produksi tersebut, bebas didistribusikan penggunanya, dengan adanya unsur gamifikasi dari pengembang TikTok : dalam durasi 60 detik harus mampu menciptakan daya tarik bagi pengguna lain,” jelas Firman.

“Dan berbeda dengan google atau media sosial lainnya, algoritma tampilan teratas konten pada platform, ditentukan oleh akses pengguna lain. Makin sering konten diakses maka posisinya akan teratas,” pungkasnya.

Pandemi Dinilai Picu Popularitas Konten TikTok

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/