[Fix Hoaks] Nyamuk Bionik yang Tidak Bisa Terbang, Benarkah Ada? Berikut Menurut Ahlinya. Warga Bali ramai-ramai menolak penyebaran jutaan telur nyamuk wolbachia. Kementerian Kesehatan RI mengatakan inovasi teknologi wolbachia ini mampu menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Lantas seperti apa sebenarnya nyamuk wolbachia ini?

Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi wolbachia juga telah dilaksanakan di sembilan negara lain dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan dengue. Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

[Fix Hoaks] Nyamuk Bionik yang Tidak Bisa Terbang, Benarkah Ada? Berikut Menurut Ahlinya

Mengutip situs Sehat Negeriku Kemenkes RI, teknologi wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional).

Sebagai pilot project di Indonesia, dilaksanakan di lima kota yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang, dan Kota Bontang, berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI No. 1341 tentang Penyelenggaran Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

Apa Itu Nyamuk Wolbachia?

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan serius di beberapa daerah Indonesia, terutama saat pergantian musim. Pemanfaatan teknologi Wolbachia digadang-gadang menjadi inovasi untuk menurunkan penyebaran DBD di Indonesia.

Wolbachia menjadi inovasi yang diklaim dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.

Virus dengue penyebab DBD selama ini ditularkan nyamuk Aedes Aegypti betina. Penggunaan teknologi Wolbachia dapat mengeblok replikasi virus dengue. Saat bakteri Wolbachia dimasukkan ke tubuh nyamuk Aedes Aegypti betina, virus dengue dapat dilumpuhkan.

Selain itu, bakteri Wolbachia diklaim bisa menurun ke nyamuk generasi selanjutnya, karena memiliki pola pewarisan bersifat maternal.

Baca Juga :  Kode Redeem Game Modern Warships 25 Maret 2024 Valid Terbaru, Simak Tips Cara Main

Apabila nyamuk betina ber-Wolbachia kawin dengan jantan tidak ber-Wolbachia, seluruh telurnya akan ber-Wolbachia, jika nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk betina tanpa Wolbachia, telurnya tidak akan menetas. Bahkan jika kedua jenis kelamin nyamuk ber-Wolbachia, keturunannya juga akan ber-Wolbachia.

Dengan cara tersebut, populasi nyamuk Aedes Aegypti yang berpotensi menjadi vektor virus dengue bisa dikurangi secara bertahap.

[Fix Hoaks] Nyamuk Bionik yang Tidak Bisa Terbang, Benarkah Ada? Berikut Menurut Ahlinya

Efektivitas Nyamuk Wolbachia Atasi DBD

Selain di Indonesia, penggunaan bakteri Wolbachia telah dilaksanakan di sembilan negara dan terbukti efektif dalam pencegahan demam berdarah. Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

Di Indonesia sendri, bahasan terkait teknologi Wolbachia sudah masuk ke Strategi Nasional (Stranas). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi DBD, mengemukakan bahwa kota-kota yang menjadi pilot project di antaranya, Semarang, Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang, dan Kota Bontang.

Sejak tahun 2011, efektivitas Wolbachia sudah gencar diteliti oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melalui fase persiapan dan pelepasan Aedes Aegypti ber-Wolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).

Pada tahap awal pengembangan, uji coba penyebaran nyamuk Aedes Aegypti yang tubuhnya telah memuat bakteri Wolbachia dilakukan di sebagian wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Hasil dari pengembangan bakteri diklaim bisa menekan angka kasus DBD.

Adapun timeline penelitian diawali dengan persiapan keamanan dan uji kelayakan pada 2012, dan dilanjutkan pelepasan di wilayah terbatas sejak 2014, kemadian kajian risiko pada 2016. Tahap selanjutnya adalah penelitian quasi experimental pada tahun 2016 dan penelitian Randomised Controlled Trial pada 2017-2020.

Baca Juga :  Tips Aturan Minum 8 Gelas Sehari Saat Puasa, Mana Yang Lebih Baik?

Berdasarkan penelitian yang sudah dikerjakan oleh tim Penelitian WMP Yogyakarta, selama lebih dari 1 dekade menghasilkan efikasi Wolbachia dengan penurunan 77 persen kasus dengue dan 86 persen menurunkan tingkat rawat inap di rumah sakit.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, juga menegaskan adanya penurunan penyebaran dengue yang signifikan setelah adanya penerapan wolbachia.

[Fix Hoaks] Nyamuk Bionik yang Tidak Bisa Terbang, Benarkah Ada? Berikut Menurut Ahlinya

Ramai soal Nyamuk Bionik yang Tidak Bisa Terbang, Benarkah Ada?

Sebuah unggahan video yang mengungkapkan adanya nyamuk bionik dengan ciri-ciri tidak bisa terbang dan hanya bisa berjalan ramai di media sosial TikTok.

Unggahan tersebut dibuat oleh akun TikTok @wargenet_ pada Sabtu (18/11/2023).

“Netter terkejut, adanya nyamuk yang berjalan benarkah itu nyamuk bionik! Seorang pegawai di salah satu kantor mendapati seekor nyamuk beda pada umumnya, pegawai pria ini mendapati seekor nyamuk yang hanya berjalan bukan terbang. Pria ini menduga jika hewan penghisap darah ini merupakan nyamuk bionik meski belum dapat dipastikan kebenarannya,” tulis keterangan dalam unggahan.

Hingga Minggu (19/11/2023), unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 665.000 kali dan disukai lebih dari 3.000 pengguna TikTok.

Lantas, benarkah ada nyamuk bionik dengan ciri tidak bisa terbang?

[Fix Hoaks] Nyamuk Bionik yang Tidak Bisa Terbang, Benarkah Ada? Berikut Menurut Ahlinya

Pakar: tidak ada nyamuk bionik

Peneliti teknologi wolbachia dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andhono Ahmad mengatakan, informasi yang menyebutkan bahwa ada nyamuk bionik dengan ciri tak bisa terbang tidak benar.

Menurutnya, tidak ada istilah nyamuk bionik.

“Tidak ada yang namanya nyamuk bionik. Penyebutan nyamuk bionik adalah disinformasi yang ingin dibuat oleh pihak tertentu,” katanya saat dihubungi, Minggu (19/11/2023).

Baca Juga :  Syarat Beasiswa KIP 2024 serta Manfaat Prioritas Penerima PIP

Selain itu kata Riris, juga tidak ada nyamuk yang tidak terbang.

“Tidak ada nyamuk yang tidak terbang. Nyamuk yang sedang jalan seperti di video tersebut tidak berarti tidak bisa terbang,” ujarnya.

Nyamuk merupakan serangga yang memiliki 6 kaki layaknya serangga pada umumnya. Kaki tersebut bisa digunakan untuk berjalan.

“Kemungkinannya memang dia sedang jalan dan kemudian direkam dan dinarasikan tidak bisa terbang,” kata Riris.

[Fix Hoaks] Nyamuk Bionik yang Tidak Bisa Terbang, Benarkah Ada? Berikut Menurut Ahlinya

Adapun nyamuk yang digunakan untuk memberantas demam berdarah dengue (DBD) adalah wolbachia, bukan nyamuk bionik.

Riris menjelaskan, pada nyamuk wolbachia yang digunakan untuk memberantas DBD, tidak ada ciri khusus yang membedakannya dengan nyamuk lain.

Wolbachia yang ada pada tubuh nyamuk itu merupakan bakteri normal yang hidup di dalam serangga layaknya bakteri normal yang hidup di tubuh manusia.

“Kalau misalnya mengonsumsi susu probiotik yang mengandung bakteri yang normal hidup di saluran pencernaan kita, apakah kita kemudian punya perilaku yang tidak normal? Itu adalah analogi yang bisa digunakan untuk menjelaskan dampak wolbachia di dalam tubuh nyamuk,” jelasnya.

Riris mengimbau masyarakat selalu mencari informasi dari sumber resmi, salah satunya dari Kementerian Kesehatan.

“Jangan percaya begitu saja dengan informasi-informasi yang beredar di internet,” tandasnya.

[Fix Hoaks] Nyamuk Bionik yang Tidak Bisa Terbang, Benarkah Ada? Berikut Menurut Ahlinya

Sumber : https://www.kompas.com