Alat Musik dari Bilah Bambu Karya Dindin Nasrudin. Dindin Nasrudin (47), guru honorer di SDN Sukahaji, Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, membuat alat musik unik dari limbah bambu. Uniknya lagi, penemuannya itu persis Isaac Newton menemukan teori gravitasi, yaitu dari kasus apel jatuh dari pohonnya.

Disebut unik karena alat musik ini mampu menghasilkan berbagai suara, salah satunya suara angin. Dikutip dari tribunnews.com, Ditemui di kediamannya di Perumahan Bukit Mekar Indah, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Senin (28/2), Didin mengatakan limbah bambu yang ia gunakan, ia dapatkan dari para perajin sangkar burung.

Alat Musik dari Bilah Bambu Karya Dindin Nasrudin

Bagian bambu yang dipakai adalah batas antarbilah, yang dalam bahasa Sunda dikenal dengan sebutan buku.

“Bagian itu tidak dipakai oleh para perajin sangkar burung, bahkan biasanya hanya digunakan sebagai kayu bakar,” ujar Dindin, yang sehari-hari mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ini.

Awalnya, kata Dindin, ia memanfaatkan buku bambu itu menjadi kerajian asbak. Ia mengukir bagian luarnya supaya lebih menarik.

Alat Musik dari Bilah Bambu Karya Dindin Nasrudin

Saat itulah, tak sengaja asbak bambu itu terpukul dan mengeluarkan suara unik.

“Lalu saya ulik, ternyata ada banyak bunyi yang bisa dihasilkan. Jadi ukiran ini selain untuk memperindah, juga menentukan suara. Sehingga harus ada tiga garis, supaya bisa beragam suara yang keluar,” kata Dindin seraya menunjukkan alat musik yang ia ciptakan.

Cara memainkan alat musik ini, ujar Dindin, terbilang mudah. Cukup dengan menekan, menggesek, dan atau memukulnya dengan tongkat kayu kecil, yang panjangnya kita-kira setengah dari tongkat pemukul drum.

“Tangan kiri menekan, membuka dan menutup lubang, sehingga udara yang keluar berbeda dan menghasilkan suara yang berbeda saat digesek atau dipukul,” ujarnya.

Dindin memberi nama alat musik ini Jabarua, yang diambil dari kata jabar yang berarti kelebihan dan rua yang berarti dua ruas bambu. Namun, Jabar juga merujuk pada akronim Jawa Barat, di mana alat musik ini diciptakan.

Alat Musik dari Bilah Bambu Karya Dindin Nasrudin

Ukuran Jabarua terbilang kecil. Tingginya antara 10-15 sentimeter. Ini membuat alat musik ini bisa dengan mudah dibawa ke mana-mana.

Saat Dindin memainkannya, beragam suara muncul bergantian. Mulai dari dentuman dan suara dentingan seperti gelas yang dipukul, hingga suara angin yang terdengar riuh dan bergemuruh.

“Sebaiknya lebih dari dua orang yang memainkannya agar menghasilkan suara yang berirama dan khas. Alat musik ini juga dapat dipadukan dengan semua alat musik, baik alat musik modern atau alat musik tradisional. Jabarua merupakan alat musik ritmis,” katanya.

Alat Musik dari Bilah Bambu Karya Dindin Nasrudin

Sejauh ini, kata Dindin, Jabarua baru didunakan para santri saat membaca nadhom-nadhom di pesantren sebagai hiburan.

“Syair-syair yang diiringi Jabarua biasanya salawat dan syair-syair Islami di daerah pedesaan ,” katanya.

Hingga kini, kata Dindin, ia belum menjual Jabarua, baik secara online maupun secara langsung di toko.

“Ya, di pagelaran sudah pernah digunakan, seperti saat acara di dekat Pemda Bandung dan lainnya,” ujarnya.

Sumber :