Bandung, Phiradio –Indonesia saat ini kehilangan salah satu tokoh ulama sekaligus Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah. Pasalnya adik kandung dari KH Abdurrahman Wahid ini berpulang pada Minggu (2/2/2020).

Dr. Hanif Saha Ghafur, Ketua Bidang Pendidikan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama membenarkan kepergian adik Presiden keempat RI tersebut yang wafat pada pukul 20.55 WIB, seperti dilansir oleh Kompas.

“Informasinya meninggal dunia pada puku 20.55 WIB di Rumah Sakit Harapan Kita,” kata Hanif dikutip dari Kompas.

Bangsa Indonesia kehilangan besar atas kepergian Gus Sholah. Beliau merupakan sosok yang tak henti menyalakan semangat perdamaian dan kerukunan antar warga, menurut Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini melalui Kompas.

Baca Juga :  Contoh Soal Tes Psikotes Kerja 2024 Lengkap Beserta Kunci Jawabannya

Gus Sholah dikenal sebagai seorang yang kritis khususnya oleh teman-teman disekelilingnya. Mantan Sekretaris PWNU Jawa Timur, Mashudi Mochtar berkata bahwa beliau tidak segan-segan untuk mengkritisi kebijakan yang dibuat oleh Alm. Kakanya, Gus Dur ketika menjadi presiden.

Gus Sholah juga seringkali menjadi mediator dan titik temu diantara keberagaman perspektif yang terjadi di kelompok lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Ia diterima hampir pada semua kelompok di tubuh NU mulai dari konservatif sampai liberal sekalipun.

Gus Sholah Dalam Kacamata Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, Gus Sholah bersedia untuk untuk meneruskan dan mengembangkan Pesantren Tebuireng dan kembali ke Jombang. Banyak inovasi-inovasi yang diciptakannya sehingga di tangan beliau pesantren ini maju begitu pesat.

Baca Juga :  Cara Mudah Registrasi Akun Kereta Cepat Whoosh 2024



Pesantren Tebuireng ditangannya mempunyai manajemen fisik dan non fisik yang mampu mendorong kemajuan pesantren pada Revolusi Industri dengan baik. Bahkan berkat keahliannya di bidang arsitektur, Ia juga membangun beberapa aula seperti Aula H.M Jusuf Kalla, Aula K.H. Saifuddin Zuhri, dan sebagainya atas kerjasama bersama sejumlah koleganya di Jakarta.

Dilansir dari ANTARA, secara nonfisik, Gus Sholah mengembangkan pesantren melalui standarisasi bagi kompetensi guru sesuai dengan bidang studi dan kualitas pendidikan yang dibimbing oleh masing-masing guru di Pesatren Tebuireng. Tak hanya itu penanaman menyoal pendidikan kebangsaan (pendidikan inklusif) Gus Sholah tularkan juga kepada santri dan alumni sebagai bentuk mencerdaskan bansa dri sisi akdemis, kebangsaan, dan juga agama.

Dr. Totok Bintoro, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyebut bahwa tokoh ulama yang pernah berkuliah di Institut Teknologi Bandung tersebut merupakan ‘tokoh pendidikan inklusif’, seperti yang dilansir oleh ANTARA.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Soal Biologi Kelas 12 Halaman 16 Kurikulum Merdeka SMA, Anabolisme dan Katabolisme

Ia menilai, Gus Sholah telah memberikan bekal kepada generasi berikutnya untuk menjadi muslim yang menghormati sesama sekaligus menjadi lulusan terbaik untuk bangsa Indonesia. ***Prabowo Wisnu Dwiyono Asmoro

Sumber : Kompas, ANTARA.