Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental yang tak Boleh disepelekan, bullying memiliki dampak yang negatif bagi perkembangan anak. Bullying merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang kepada orang lain dengan maksud untuk menyakiti atau mempermalukan.

Bully adalah perilaku kekerasan fisik ataupun mental yang mana ada satu orang atau lebih yang melakukan penyerangan atau mengintimidasi orang lain. Tak hanya secara fisik, tapi bullying pun bisa dilakukan secara psikologis misalnya melalui kata-kata menyakitkan.

Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental yang tak Boleh disepelekan

Perilaku kekerasan ini biasa terjadi di lingkungan sekolah dan umumnya menimpa anak-anak dan remaja yang secara fisik lebih lemah dari teman-teman sebayanya.

Tindakan bully tidak hanya terjadi ketika pelaku melakukan kekerasan secara fisik kepada korban, seperti memukul, menampar, atau menendang.

Bully juga bisa dilakukan tanpa melakukan kekerasan fisik, seperti mengejek, memanggil seseorang dengan sebutan yang hina atau sangat tak  pantas, dan bisa juga menyebarkan gosip tentang korban atau mempermalukannya di depan banyak orang.

Pada teknologi saat ini, tindakan bully makin mudah terjadi. Pelaku cukup memakai media sosial untuk menjatuhkan korbannya, seperti menyebarkan teks, foto, atau video bertema negatif tentang korban.

Data yang diperoleh dari laman resmi kpai menunjukan bahwa kekerasan terhadap anak baik dalam psikis maupun fisik meningkat di tahun 2020, sebanyak kurang lebih 76 anak dilaporkan menjadi korban kekerasan atau perundungan di sekolah selama kurun waktu tahun 2020. Sedangkan dalam kategori Anak berhadapan dengan hukum, kekerasan terhadap anak melonjak tajam di tahun 2020, menjadi 249 untuk kategori korban kekerasan fisik dan 119 dalam kategori kekerasan psikis.

Kenyataan ini menyadarkan kita bahwa kasus bullying menyebabkan kurangnya lingkungan yang aman bagi anak di indonesia. Ditambah kenyataan bahwa kerap kali pelaku bullying berasal dari lingkungan sekitar anak, bisa saja teman sebaya dan tidak dipungkiri keluarga juga bisa menjadi pelaku.

Perilaku bullying yang acap kali dilakukan oleh teman sebaya, tak jarang menjadi sebuah rutinitas yang menimbulkan siklus tidak nyaman dan ketimpangan. Bak bom waktu, perilaku bullying mampu menciptakan pemahaman diri terhadap korban bahwa hal yang dikatakan si pelaku adalah benar, korban bullying tidak memiliki nilai.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), bullying atau perundungan terbagi menjadi 4 jenis. Di antaranya, bullying secara verbal, bullying secara sosial, bullying secara fisik dan bullying secara cyber.

Semua jenis bullying tersebut berpotensi terjadi pada anak-anak kita. Tindakan perundungan tentu akan memberikan dampak buruk bagi masa depan si kecil. Terlebih, biasanya pelaku dan korban berada di usia yang sama.

Tak hanya berdampak buruk bagi korban, tindakan bullying juga bisa berdampak buruk bagi pelakunya sendiri. Nah Moms, berikut ini dampak bullying bagi korban dan pelaku menurut Kemen PPPA yang perlu orang tua waspadai.

Berikut ini adalah Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental Anak yaitu:

  • Ketakutan untuk bersekolah
    Sekolah merupakan salah satu tempat paling besar yang memungkinkan terjadinya potensi bullying. Minimnya pengawasan dari orangtua serta guru di luar jam belajar, menjadi alasan anak-anak berpotensi mengalami tindakan perundungan. Sehingga, banyak korban bullying yang merasa tidak nyaman berada di lingkungan sekolah. Beberapa kasus yang pernah diberitakan media pun mengatakan bahwa anak-anak korban bully memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah, bahkan trauma pergi ke sekolah.
  • Gangguan mental
    Sebagian besar korban bully akan mengalami gangguan mental berupa rasa cemas dan ketakutan berlebih. Hal ini lantaran korban bullying merasa terancam ketika berada di tempat ramai dan juga mudah terserang panik.
  • Hilangnya kepercayaan diri
    Karena terbiasa menerima ejekan serta kata-kata tidak pantas, banyak korban bullying yang akhirnya kehilangan kepercayaan dirinya. Lebih parahnya lagi, korban akan lebih senang menyendiri serta mengucilkan diri dari lingkungannya.
  • Depresi
    Perundungan yang dilakukan terus menerus akan mengakibatkan korban merasa stres bahkan depresi. Hal ini disebabkan lantaran korban merasa ditekan dan tidak mampu untuk melawan. Akhirnya sang anak akan menyalahkan diri sendiri serta memendam amarah kepada pelaku bahkan lingkungannya.
  • Rendahnya rasa percaya diri
    Bagi mereka yang mengalami tindakan tidak menyenangkan di lingkungan sosial tentu akan memengaruhi rasa percaya dirinya. Anak-anak mungkin akan menjadi pemalu, atau penakut, sehingga sulit untuk melakukan interaksi sosial.
  • Muncul perasaan yang tidak biasa
    Anak-anak korban bullying umumnya akan mengalami perasaan marah, sedih, tidak berdaya, frustasi, kesepian dan seolah terisolasi dari lingkungannya sendiri. Di sisi lain, mereka justru tidak bisa berbuat apa-apa dengan apa yang dirasakannya.
  • Tidak percaya pada orang lain
    Terlalu banyak kejadian tidak menyenangkan yang dialaminya mengakibatkan anak sulit mempercayai orang lain. Perasaan takut dan traumanya akhirnya membuatnya lebih nyaman untuk menyimpan masalahnya sendirian.
  • Bunuh diri
    Merasa tidak dihargai, selalu dipandang remeh, serta selalu diejek dapat memungkinkan korban akan memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Bahkan beberapa kasus bunuh diri usai menjadi korban bullying telah banyak terjadi di dunia, khususunya di Indonesia, akibat perundungan secara terus-menerus.
Baca Juga :  Puasa Bisa Mengurangi Penyakit Asam Lambung, Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Dampak Bullying bagi Pelaku Menurut Kemen PPPA

  • Tidak berempati
    Mereka yang bertindak sebagai pelaku bullying cenderung tidak memiliki rasa empati terhadap orang lain. Selain itu, mereka juga akan sering bertindak lebih agresif dan tidak sabaran.
  • Berpikir bullying adalah hal biasa
    Pelaku perundungan akan merasa bahwa tindakan yang dilakukannya merupakan hal biasa. Terlebih, mereka akan merasakan kepuasan tersendiri seperti bahagia dan bangga setelah menindas orang yang dianggapnya lemah.
  • Berpotensi melakukan tindak criminal
    Anak-anak pelaku bullying yang sudah menganggap tindakannya merupakan hal biasa akan terus merasa ketagihan untuk melakukannya. Bahkan, di masa depan nanti, mereka bisa saja melakukan tindak kriminal yang tentu risikonya lebih berbahaya.

Efek negatif itu antara lain terhadap bullying diantaranya adalah:

  • Mengganggu ikatan antara orang tua dan anak. Ikatan yang seharusnya didasari atas cinta, akhirnya dilandasi ketakutan dan kebencian. Anak pun merasa tak dihargai. Padahal, harga diri jadi modal penting agar mentalnya berkembang sehat.
  • Kekerasan bisa melahirkan resistensi pada kekerasan. Artinya, yang tadinya anak sakit dan takut setelah ditampar, di kali berikutnya tak takut lagi, malah cenderung berontak. Parahnya, di saat yang sama, kelakuan orang tua selaku pelaku bully juga cenderung meningkat. Sekali tamparan melayang, kali lain tangan terasa lebih ringan untuk menampar.
  • Anak akan belajar bahwa cara yang keras, entah memukul atau menghardik, itu cara ekspresikan perasaan dan menyelesaikan masalah. Pem-bully melahirkan pem-bully juga. Cukup banyak penelitian yang menunjukkan, anak yang mendapat perlakuan keras dari orang tuanya tanpa disadari akan melakukan cara yang sama untuk anak-anaknya. Siklus kekerasan pun akan berulang dari generasi ke generasi.
  • Selain berpotensi menjadi pelaku kekerasan, anak di-bully di rumah juga rentan menjadi mangsa para pelaku bully. Kenyataan ini didapat dari 70 penelitian dengan mengamati 200 ribu anak yang dimuat di Jurnal Child Abuse and Neglect.
Baca Juga :  Kunci Jawaban Soal Materi 3.7 Pengelolaan Perpustakaan dan Dokumentasi Pelatihan Manajemen Kemasjidan

Berikut ciri-ciri anak yang menjadi korban bully, yaitu:

  • Yang tadinya semangat, kini dia menolak untuk bersekolah.
  • Prestasi belajarnya menurun.
  • Tiba-tiba kehilangan teman atau menghindari ajakan pertemanan.
  • Barang-barang miliknya menghilang atau bahkan rusak dan hancur.
  • Mengalami perubahan nafsu makan.
  • Mengalami gangguan tidur.
  • Kabur dari rumah.
  • Terlihat stres saat pulang sekolah atau usai mengecek ponselnya.
  • Mungkin ada luka di tubuhnya.

Langkah pertama untuk menjaga keamanan anak Anda, baik secara langsung atau online, adalah memastikan mereka mengetahui masalahnya, yaitu dengan cara:

  • Ajari anak-anak Anda tentang bullying. Begitu mereka tahu apa itu bullying, anak-anak Anda akan dapat mengidentifikasinya dengan lebih mudah, apakah itu terjadi pada mereka atau orang lain.
  • Bicaralah secara terbuka dan sering kepada anak-anak Anda. Semakin sering Anda berbicara dengan anak-anak Anda tentang bullying, semakin nyaman mereka memberi tahu Anda jika mereka melihat atau mengalaminya. Periksa anak-anak Anda setiap hari dan tanyakan tentang waktu mereka di sekolah dan aktivitas mereka secara online, menanyakan tidak hanya tentang kelas dan kegiatan mereka, tetapi juga tentang perasaan mereka.
  • Bantu anak Anda agar menjadi panutan yang positif. Ada tiga pihak yang terlibat dalam bullying: korban, pelaku, dan saksi. Bahkan jika anak-anak bukan korban bullying, mereka dapat mencegah bullying dengan bersikap positif, hormat, dan baik kepada teman sebayanya. Jika mereka menyaksikan bullying, mereka dapat membela korban, menawarkan dukungan, dan atau mempertanyakan perilaku bullying yang terjadi.
  • Membantu membangun kepercayaan diri anak Anda. Dorong anak Anda untuk mengikuti kelas atau bergabung dengan kegiatan yang ia sukai di lingkungan Anda atau di sekolahnya. Ini juga akan membantu membangun kepercayaan diri serta menambah teman dengan minat yang sama.
  • Jadilah teladan. Tunjukkan pada anak Anda bagaimana memperlakukan anak-anak lain dan orang dewasa dengan kebaikan dan rasa hormat, serta melakukan hal yang sama kepada orang-orang di sekitar Anda, termasuk cobalah membela ketika orang lain diperlakukan dengan tidak baik. Anak-anak melihat orang tua mereka sebagai contoh bagaimana cara berperilaku, termasuk memposting secara online.
  • Jadilah bagian dari pengalaman online mereka. Biasakan diri Anda dengan platform yang digunakan anak Anda, jelaskan kepada anak Anda bagaimana dunia online dan dunia offline terhubung, dan peringatkan mereka tentang berbagai risiko yang akan mereka hadapi secara online.
Baca Juga :  Cek Jam Masuk ASN di Ramadhan 2024, Link Download PDF Jam Kerja PNS Sesuai Perpres No 21 Tahun 2023

Upaya mencegah bullying

Walaupun berbagai upaya sudah dilakukan untuk mencegah terjadinya perundungan di kalangan pelajar, namun tetap ada celah jika upaya ini tidak ada sinergitas antara berbagai pihak.

Pada dasarnya peristiwa bullying memang lebih banyak terjadi di sekolah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa betapa pentingnya “model” keteladanan dari para warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru maupun warga sekolah lainnya.

Kata kunci dalam menangani bullying salah satunya adalah pendidik dan siswa harus memiliki resiliensi personal. Artinya mereka memiliki kemampuan untuk tetap tenang ketika menghadapi suatu keadaan yan penuh dengan tekanan. Hal itu harus dilatih oleh guru.

Selanjutnya bisa ditanamkan sebagai keteladanan kepada siswanya. Selain itu kerjasama antara sekolah orangtua dan masyarakat juga harus terus dilakukan. Karena hal ini berhubungan dengan modal sosial untuk menjalin kerjasama antarlingkungan pendidikan.

Untuk orangtua yang mendapati anaknya menjadi korban Bully, anda juga bisa turun tangan dengan datang ke sekolah, lalu melaporkan orang yang melakukan kekerasan pada anak Anda.

Dengan begitu, pihak sekolah bisa menanganinya secara langsung dan melaporkannya kepada orang tua yang  bersangkutan. Para pelaku bully  harus segera ditangani. Orang tua bisa mengajaknya untuk menjalani konseling agar pola pikir dan tindakannya bisa lebih terarah dengan baik.

Tindakan bully adalah masalah serius yang harus segera ditangani. Jika terus dibiarkan, perilaku menyimpang ini  bisa merusak anak Anda dan generasi muda.

Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental yang tak Boleh disepelekan

Referensi:

  • Yuk Pahami Dampak Bullying Pada Perkembangan Anak, anggunpaud.kemdikbud.go.id
  • Efek Bullying pada Kesehatan Mental Anak, klikdokter.com
  • 5 Dampak Negatif yang Dialami Korban Bullying, Depresi hingga Bunuh Diri, akurat.co
  • Jadi Korban Bullying di Sekolah, Apa Dampaknya pada Anak? , kumparan.com
  • Dosen UNY: Ini Dampak Bullying bagi Korban dan Pelaku, Berikut Pencegahannya, kompas.com
  • Bullying pada anak adalah hal yang tidak boleh disepelekan. Sebab, hal ini bisa memberi dampak bagi kesehatan., halodoc.com
  • The Long-Lasting Effects of Bullying, verywellfamily.com