Bagaimana Cara Meredam Badai Sitokin? Sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Penelitian terbaru menemukan bahwa ada periode kritis 5-7 hari pada pasien Covid-19. Sekitar 80 persen pasien cenderung membaik setelah periode ini.



Bagaimana Cara Meredam Badai Sitokin?

Sementara 20 persen pasien lainnya akan berefek pada pneumonia berat. Lalu 2 persen pasien pada akhirnya menyerah dengan virus ini.

Untuk mengatasi Badai Sitokin di pasien Covid-19, mereka memerlukan penanganan dokter di unit perawatan intensif (ICU). Kemudian sejumlah besar terapi anti-inflamasi saat ini sedang diteliti untuk mengobati Badai Sitokin pada pasien Covid-19.

Virus SARS-CoV-2 dapat memicu badai sitokin pada paru-paru pasien yang terinfeksi virus tersebut dan bisa menyebabkan kematian pada pasien Covid-19. Pertanyaannya; bisakah badai sitokin diredam?

Saat SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin. Sitokin lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaksi peradangan.

Reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh inilah yang disebut sebagai badai sitokin atau cytokine storm.

“Pada kasus Covid-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan SARS-CoV-2,” ujar penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan TWH., S.Si., Apt., Msc. dikutip dari Kompas.com, Sabtu (16/5/2020).

Baca Juga :  Kode Redeem Game Top War Battle 25 Maret 2024 Terbaru Valid, Simak Tips Cara Main

Lebih lanjut, sebenarnya apa yang dialami oleh tubuh saat badai sitokin ini terjadi?

Peradangan pada paru-paru

Normalnya, sitokin hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.

Sebaliknya saat badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kontrol tubuh.

Alhasil, paru-paru bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus. Namun peradangan pada paru-paru itu malah terus terjadi meski infeksi sudah selesai.

Sistem imun mengeluarkan racun untuk virus

Selama peradangan, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.

Akibatnya fungsi paru-paru pasien dapat menurun, bahkan membuat pasien makin sulit bernafas.

Kondisi inilah yang kemudian bisa membuat pasien Covid-19 akhirnya meninggal dunia atau tak bisa bertahan.

“Maka sering pada pasien Covid-19 membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasan,” kata Mahirsyah.

Terapi untuk meredam badai sitokin pasien Covid-19

Meski belum ada satu pun terapi definitif yang benar-benar menyembuhkan pasien yang terinfeksi Covid-19, para peneliti dan tim medis mencoba melakukan perawatan dengan berbagai pendekatan.

Para peneliti di Wuhan menyebutkan dalam sebuah jurnal, bahwa kombinasi yang tepat dengan terapi imunoregulator yang menghambat respons inflamasi hiperaktif dapat menahan badai sitokin.

Baca Juga :  Syarat Beasiswa KIP 2024 serta Manfaat Prioritas Penerima PIP

Termasuk obat antivirus yang menghambat transmisi virus dan menghancurkan replikasi virus, dapat mengurangi kerusakan sel langsung yang disebabkan oleh Covid-19.

Di Indonesia, beberapa pilihan terapi Covid-19 tertuang dalam Pedoman Tatalaksana Covid-19 yang disusun oleh beberapa perhimpunan dokter di Indonesia.

Penyusun pedoman ini adalah Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi), Perhimpupan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

1. Anti IL-6 (Tocilizumab)

Badai sitokin banyak ditemukan pada pasien Covid-19 dengan gejala berat akibat infeksi yang ditandai pelepasan sitokin yang tidak terkontrol, terutama IL-6.

Kondisi ini akan menyebabkan inflamasi sistemik dan kerusakan organ tubuh.

Badai sitokin dapat menyebabkan acute respiratory distress syndrome (ARDS) hingga kematian.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Tocilizumab bisa mengatasi kondisi ini dengan menurunkan penanda inflamasi yaitu CRP, ferritin, dan IL-6.

Selain itu, pasien yang dirawat dengan terapi ini juga menunjukkan perbaikan secara klinis.

Tocilizumab adalah antibodi monoklonal yang berfungsi sebagai antagonis reseptor IL-6. Obat ini bisa diberikan secara intravena atau subkutan pada pasien Covid-19 dengan gejala berat dan kritis yang diduga mengalami hiperinflamasi.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Soal Biologi Kelas 12 Halaman 16 Kurikulum Merdeka SMA, Anabolisme dan Katabolisme




2. Anti IL-1 (Anakinra)

Cara kerja obat ini hampir mirip dengan obat di atas, namun spesifik sebagai antagonis IL-1.

Obat ini juga bermanfaat untuk mengatasi hiperinflamasi pada pasien yang mengalami ARDS akibat infeksi virus SARS-CoV-2.

Anakinra dapat menurunkan kebutuhan ventilasi mekanis invasif serta mengurangi risiko kematian pada pasien dengan gejala berat dan kritis.

3. Vitamin C

Vitamin C juga perlu diberikan kepada pasien Covid-19.

Vitamin C bersifat antioksidan sehingga diduga dapat mengurangi keparahan badai sitokin. Jadi, badai sitokin ini tergantung pada daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus yang masuk.

Apabila daya tahan tubuh kuat, virus yang masuk bisa dikalahkan dan pasien Covid-19 bisa sembuh.

Bagaimana Cara Meredam Badai Sitokin?

Sumber : https://www.greeone.id/cara-meredam-badai-sitokin-yang-bisa-menyebabkan-kematian-pasien-covid-19/