Waspada Terjebak Toxic Productivity Memilih untuk melakukan hal-hal produktif dalam satu hari secara sekaligus ternyata bisa membuat kita mengalami burnout atau stres berat.

Perlu ada keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan supaya quality time bersama orang-orang terdekat tetap terjaga. Tanpa keseimbangnan tersebut, maka kita bisa rentan mengalami burnout atau stres.

Burnout atau stres berat menyerang seseorang karena terlalu bekerja sangat keras yang berujung mengancam kesehatan mental terutama di kalangan kawula muda dengan motivasi dan ambisi bahwa jika ingin sukses harus rajin bekerja. Kegiatan yang awalnya kita anggap positif pun bisa berubah menjadi toxic. Kondisi inilah yang dinamakan toxic productivity.

Tanda-tanda toxic productivity Toxic productivity adalah istilah lain dari “overworking” dan “workaholic”. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang yang terlalu banyak bekerja hingga mengesampingkan istirahat.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Soal Biologi Kelas 12 Halaman 16 Kurikulum Merdeka SMA, Anabolisme dan Katabolisme

Graheta Rara Purwasono, salah satu psikolog Riliv, mengatakan bahwa toxic productivity itu memunculkan rasa bersalah kalau tidak mengerjakan sesuatu. “Ujung-ujungnya, mengalami burnout yang membahayakan kesehatan, dan itu harus dihindari,” ungkapnya. Pada akhirnya, tidak ada quality time bersama teman dan keluarga buatmu—apalagi, waktu untuk me-time—karena kamu terlalu sibuk untuk bekerja setiap saat.

Mengatasi Toxic Productivity Untuk mengatasi toxic productivity, kalian bisa melakukan langkah berikut:

1. Buat batasan yang jelas

Ketika pekerjaan adalah satu-satunya hal yang berputar dalam pikiranmu, maka sulit untuk memikirkan hal lain yang sama pentingnya. Nah, kamu bisa menentukan batasan yang mengubah mindset-mu dari yang hanya memikirkan pekerjaan ke hal-hal lain yang berarti dalam hidup, seperti: Tidak boleh bekerja selama tiga jam tanpa diselingi break Harus Quality time dengan keluarga di minggu ini Harus tidur cukup selama 8 jam setiap hari

Baca Juga :  Link Download Contoh Proposal Buka Puasa Bersama Terbaru 2024 PDF

2. Terapkan “professional detachment”

Cara ini khusus buat kamu yang meeting lima kali dalam sehari, atau lebih. Ingat, ada yang lebih penting daripada pekerjaan, yaitu kesehatan fisik dan mental sendiri. Pahami bahwa menjadi pekerja bukanlah identitasmu satu-satunya. Kamu bukan hanya seorang pekerja, tetapi juga orang tua, pacar, teman, dan lain sebagainya. Saat kamu menerapkan “professional detachment”, kamu memperlakukan pekerjaan sebagai sesuatu yang akan kamu tangani setelah menjalankan tanggung jawab lain di luar itu. Baca juga: Blefaritis (Radang Kelopak Mata)

3. Praktikkan mindfulness

Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau mindfulness dapat membantumu berhubungan dengan dunia dengan cara yang lebih sehat. Melalui mindfulness, kamu akan lebih mudah untuk menyadari apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan pikiranmu—dan hal itu bukan toxic productivity. Kamu dapat menerapkan mindfulness dengan meditasi di Riliv Hening. Mudah dan praktis. Hanya perlu duduk diam, pejamkan mata, dan pikiranmu akan dijernihkan.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Soal Materi 3.7 Pengelolaan Perpustakaan dan Dokumentasi Pelatihan Manajemen Kemasjidan

Waspada Terjebak Toxic Productivity

Sumber: https://www.kompas.com