Teman Alami Gangguan Kecemasan, Hindari 6 Komentar Ini Nasihat agar kita selalu berhati-hati dalam melontarkan komentar juga berlaku ketika menghadapi teman atau keluarga yang sedang mengalami gangguan kecemasan.  Terkadang hal-hal yang kita pikir bisa menenangkan atau akan meredakan kecemasan seseorang itu ternyata malah dapat memperburuk situasi.

Seorang psikolog klinis yang menangani kecemasan dan trauma di Atlanta, Melissa Green, PsyD, mengatakan kecemasan kerap melibatkan kekhawatiran. Sehingga, apabila kita mengatakan sesuatu yang dianggap kritis, kemungkinan perkataan kita bisa melanggengkan pikiran negatif dan orang akan semakin merasa cemas terhadap dirinya sendiri.

Sebaliknya, respons yang paling membantu cenderung lembut dan berfungsi sebagai pengingat bahwa kita selalu ada untuk mereka. “Kecemasan bisa terasa meresahkan. Ini benar-benar tentang menempatkan diri kita pada posisi orang tersebut dan membantu mereka karena mereka merasa sendirian,” kata Kelley Kitley, LCSW, pekerja sosial klinis berlisensi yang menangani kecemasan dan depresi di Chicago.

Oleh sebab itu, kita perlu berhati-hati dengan beberapa jenis komentar atau perkataan apa yang tidak boleh dilontarkan pada orang-orang dengan kecemasan.

1. “Tak perlu terus dipikirkan.”

Berhenti memikirkan kekhawatiran atau masalah adalah hal paling sulit yang dihadapi oleh seseorang dengan kecemasan. Jadi, menyuruhnya untuk berhenti memikirkan masalahnya tidak akan membantu. Jika mereka bisa mematikan pikiran itu, pasti sudah dilakukannya tanpa diberi tahu.
“Orang-orang dengan kecemasan sering hidup di kepala mereka. Mereka membuat skenario dan hal paling sulit yang mereka lakukan adalah menghentikan atau memperlambat pikiran itu,” kata Kitley. Menyuruhnya untuk berhenti memikirkan masalahnya justru bisa memberikan pertanda bahwa kita tidak ingin mendengarnya lagi.

Kitley merekomendasikan untuk membantu teman tersebut dengan mendiskusikan skenario terburuk bersama-sama. Karena sebagian besar kecemasan berasal dari ketakutan akan hal yang tidak diketahui, maka berbicara melalui situasi ini dapat membantu seseorang dengan kecemasan merasa lebih terkendali seperti memiliki rencana yang nyata.

2. “Kamu terlalu berlebihan memikirkannya.”

Ini mungkin tampak sedikit kurang ofensif dari pada memintanya berhenti memikirkan masalah. Tapi ingat, orang dengan kecemasan perlu memiliki rasa kontrol. “Jika mereka dapat memikirkan semua bagaimana-jika dan bagaimana mereka akan menghadapi semua skenario yang mungkin, mereka akan merasa lebih siap,” ujar Green. “Dalam hal ini, memberi tahu orang dengan kecemasan bahwa mereka terlalu memikirkan sesuatu dapat membuat mereka merasa gagal mengelola perasaan mereka, dan sekali lagi, menutup percakapan, tambahnya. Green menyarankan kita untuk memvalidasi yang telah mereka lakukan dan coba bantu mereka mencapai resolusi. “Beri mereka kesempatan untuk mengatakan apa yang telah mereka pikirkan, lalu beri tahu mereka bahwa itu adalah rencana yang menyeluruh,” ungkapnya.

3. “Jangan khawatir! Itu bukan masalah besar.”

Menurut Kitley, orang-orang dengan kecemasan pasti akan menganggap masalahnya besar. Jadi, dengan mengatakan ‘jangan khawatir’ itu dapat meremehkannya. Kitley juga mengungkapkan bahwa terkadang kita memberi tahu seseorang untuk tidak khawatir karena kita takut terlibat dengan masalah mereka yang akan memperburuk situasi. Sebagai gantinya, tanyakan saja kepada orang tersebut bagaimana kita dapat membantunya. “Jika mereka perlu terus berbicara melalui kecemasan mereka untuk mengendalikannya, dengarkan. Jika sepertinya orang tersebut mengulang-ulang, ingatkan mereka bahwa kita sudah membicarakan hal itu,” ucap Kitley. Dan jika pada titik kita merasa tidak bisa terus terlibat, tetapkan batasan yang tegas namun penuh perhatian. Misalnya dengan menyarankan untuk membuat jurnal sehingga dapat dievaluasi lagi.

4. “Tenanglah!”

“Tidak ada yang suka disuruh tenang, apakah mereka sedang cemas atau tidak karena itu hanya akan menambah bahan bakar ke api. Rasanya tidak mendukung,” kata Kitley. Daripada memberi tahu orang itu apa yang harus dilakukan atau dirasakan, akui apa yang mereka rasakan dan tanyakan apa yang dapat kita lakukan untuk membantu. Di samping itu, bersiaplah untuk menawarkan beberapa saran jika orang tersebut tidak yakin seperti menanyakan apakah mereka ingin dipeluk atau ingin berjalan-jalan. Namun, apabila saran kita ditolak, tanyakan apakah mereka membutuhkan ruang untuk sendiri. Itu adalah cara untuk mundur dengan lembut tanpa membuat orang tersebut merasa seperti kita hanya berjalan menjauh darinya.

5. “Semuanya akan baik-baik saja.”

“Perkataan ini mengirimkan pesan bahwa orang-orang di sekitar mereka tidak dapat mendukung atau menoleransi emosi mereka dan kemudian mereka terjebak merasa tidak berdaya karena mereka menghadapinya sendiri,” kata Green. Untuk menawarkan lebih banyak dukungan, pertama-tama biarkan orang tersebut berbicara melalui kekhawatirannya. Kemudian cobalah untuk mengalihkan fokus pada sesuatu yang dapat dilakukan orang tersebut untuk merasa lebih berdaya.

6. “Bernapas saja!”

Menurut Mayo Clinic, latihan pernapasan dapat membantu mengatasi kecemasan. Kendati demikian, menyuruh orang dengan kecemasan untuk “bernapas saja” mungkin tidak akan mendorong mereka untuk berhenti dan melakukannya. “Itu bisa membuat orang merasa ada yang salah dengannya seperti mereka harus pergi ke sudut dan bernapas,” ujar Kitley. Adapun langkah yang lebih bermanfaat yakni dengan menanyakan kepada orang tersebut apakah mereka ingin kita menarik napas dalam-dalam bersamanya atau tidak. Di sisi lain, Green merekomendasikan agar kita menunggu orang tersebut sampai merasa tenang, lalu sarankan berlatih pernapasan untuk menenangkan reaksi fisiologis.

Teman Alami Gangguan Kecemasan, Hindari 6 Komentar Ini

Sumber: https://www.kompas.com/