Tanda Masa Kecil Kurang Bahagia yang Berdampak hingga Dewasa, Annie Wright, LMFT, psikoterapis di Berkeley, Amerika Serikat mengatakan tidak ada daftar tertentu yang bisa menjadikan masa kecil kita tidak bahagia, dalam artian negatif.

Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, termasuk cara kita mengenang pengalaman ketika kanak-kanak itu. Namun ia mengatakan, ada lima tanda yang menunjukan bahwa masa kecil kurang bahagia dan berdampak negatif pada kehidupan saat ini.

Tanda Masa Kecil Kurang Bahagia yang Berdampak hingga Dewasa

Masa kecil adalah masa yang paling indah bagi setiap anak-anak. Tapi tak semua anak-anak merasakan masa yang paling indah di masa lalunya. Terkadang ada beberapa masalah dan pengalaman di masa kecil yang dapat mempengaruhi masa depannya.

Studi menyebutkan bahwa trauma di masa kecil dapat menyebabkan kematian. Para peneliti mengatakan bahwa baik pria maupun wanita yang pernah mengalami trauma pada masa kecil cenderung meninggal dunia sebelum usianya mencapai 50 tahun.

Menurut Study, masa kecil kurang bahagia, tak hanya menyebabkan kematian, trauma di masa kecil dapat menyebabkan stres dan juga gangguan mental lainnya

Menjadi dewasa bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang perlu dicoba dan juga masih banyak hal yang tidak kita sadari harus kita improve untuk meningkatkan value dari diri kita sendiri.

Malah terkadang, hal-hal yang kita alami sekarang merupakan hasil pembentukan diri kita di masa lalu, yang tak selalu indah dan mungkin membuat kita trauma. Trauma masa kecil inilah yang memengaruhi kepercayaan diri kita dan juga bagaimana cara kita berperilaku.

Tanda Masa Kecil Kurang Bahagia

Berikut ini Tanda Masa Kecil Kurang Bahagia yang Berdampak hingga Dewasa, yaitu:

  1. Suasana hati dan emosi yang tidak stabil
    Suasana hati dan emosi yang cenderung tidak stabil dan amat dipengaruhi faktor eksternal, menandakan masa kecil yang kurang bahagia.
    “Saat Anda dianggap baik dan diperlakukan dengan baik, harga diri Anda melonjak. Ketika Anda diperlakukan atau dianggap buruk, kepercayaan diri Anda menurun,” kata Wright, yang juga pakar penyembuhan trauma hubungan.
    Orang yang tahun-tahun awal hidupnya tergolong buruk tidak jarang memiliki tantangan dengan pengaturan dan keseimbangan emosional.
  2. Sulit mempertahankan hubungan yang baik
    Ada kalanya kita merasa begitu tidak beruntung dan selalu gagal memiliki hubungan yang baik. Misalnya, terjebak dalam toxic relationship, selalu bertengkar dengan pasangan, dan merasa pasangan yang ideal diambil orang lain. Hal ini, menurut Wright, adalah ciri khas masa kecil buruk yang tidak kita sadari. Bukan hal yang aneh bagi mereka yang tumbuh di rumah yang disfungsional, kacau, lalai, atau kasar untuk menghadapi tantangan mencari dan menjaga hubungan yang sehat dan fungsional.
  3. Selalu merasa insecure
    Masa kecil yang tidak bahagia membuat kita memiliki harga diri yang rendah, persepsi diri yang terganggu, dan selalu insecure. Ada perasaan jika kita tidak siap dan sedang menjalani kehidupan yang palsu. Merasa takut ada orang yang benar-benar mengenal diri kita dan masa lalu kita maka mereka akan melarikan diri atau hanya berpura-pura percaya diri sambil terus merasa khawatir akan diremehkan dan direndahkan orang lain.
  4. Merasa perlu melarikan diri
    Jika mendapatkan dampak negatif dari masa kecil jika kerap merasa kewalahan dengan hidup dan ingin melarikan diri saja. Berusaha melarikan diri dari kebosanan, stres, kewalahan, ketegangan, dan rasa sakit emosional dari kehidupan sehari-hari. Dengan melakukan tindakan atau zat yang berulang, terkadang secara kompulsif, apapun metodenya. “Anda menemukan diri Anda menghitung jam sampai Anda bisa melarikan diri, keluar dari zona, bersantai, menghilang,” jelas Wright.
  5. Tidak paham dengan hal yang “normal
    Banyak orang mengekspresikan depresi lewat rasa frustrasi, kemarahan, dan mudah terganggu. Masing-masing emosi tersebut bisa menjawab kenapa kita menangis tiba-tiba ketika mengalami depresi. Tidak ada hal yang benar-benar normal karena seluruh hal dipengaruhi oleh banyak aspek. Namun ada semacam “normal” yang kaitannya dengan sesuatu yang berjalan sejat dan fungsional.  Orang dengan masa kecil tidak bahagia dan latar belakang trauma relasional seringkali gagal memahami “normal” seperti itu. Mereka tidak paham jika hubungan dan kehidupan yang dijalani sebenarnya tidak sehat dan disfungsional karena ketidaktahuan itu. “Seringkali dalam pekerjaan pemulihan trauma relasional, kami membongkar semua keyakinan maladaptif yang diinternalisasi sejak masa kanak-kanak dan melihat lebih dekat apa sebenarnya “normal” itu,” kata Wright.  Orang seperti ini perlu mengembangkan keyakinan yang lebih fungsional dan adaptif, tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan kehidupannya.

Trauma Saat Masa Kecil Kurang Bahagia

Berikut ini adalah trauma yang sering ditemukan pada masa anak-anak, diantaranya adalah:

  1. Orang Tua Bertengkar
    Masalah-masalah yang ada dalam keluarga ternyata dapat mempengaruhi anak-anak. Masalah-masalah yang terlalu berat tentunya dapat menyebabkan ayah dan ibu bertengkar hebat di rumah. Namun demikian, orang tua seharusnya tidak melakukan pertengkaran di depan anak mereka, setidaknya sebelum anak mereka menginjak usia 11 tahun.
    Para ilmuan di University of East Anglia menggunakan teknologi pencitraan untuk memindai otak remaja usia 17 sampai 19 tahun. Sebanyak 27 remaja mengalami masa keluarga yang sulit di saat mereka masih kanak-kanak hingga berusia 11 tahun.
    Mereka yang memiliki masa yang sulit ini memiliki bagian otak yang terkait dengan keterampilan, pengaturan stres, serta kontrol motorik dan sensori yang lebih kecil. Menurut pemimpin studi, dr Nicholas Walsh, mengatakan bahwa pengalaman buruk masa kecil menjadi faktor risiko terbesar untuk gangguan kejiwaan anak nantinya. “Temuan ini penting karena paparan dari pengalaman buruk di masa kecil dan remaja menjadi faktor risiko terbesar untuk gangguan kejiwaan anak-anak nantinya,” imbuhnya.
  2. Kurang Kasih Sayang
    Jika orang tua yang sibuk bekerja terkadang jarang menghabiskan waktu dengan anak-anaknya, sehingga si anak merasa ditelantarkan serta kurang perhatian dan kasih sayang. Kondisi yang seperti ini ternyata dapat membebani kondisi fisik dan mental si anak untuk seumur hidupnya.
    “Jika seorang anak mendapatkan cinta dan kasih sayang yang berlebih dari orang tuanya, mereka cenderung terlindung dari risiko biologis terhadap gangguan kesehatan tertentu saat dewasa akibat kekerasan itu dibandingkan anak-anak yang tidak dicintai orang tuanya,” imbuh ketua tim peneliti Judith E. Carroll dari Cousins Center for Psychoneuroimmunology, UCLA. Studi dari UCLA menemukan hubungan biologis yang kuat antara pengalaman hidup yang negatif di tahun-tahun pertama anak dengan kesehatan fisiknya. Salah satu diantaranya adalah menimbulkan risiko penyakit kardiovaskular pada anak ketika beranjak dewasa.
  3. Sering Dilarang
    Saat masih kecil anak-anak pasti sering dilarang orang tua mereka untuk melakukan ini dan itu. Tapi studi mengatakan bahwa terlalu sering dilarang dapat menyebabkan trauma yang mendalam bagi si anak.
    “Sampai berusia tiga tahun, anak belum memiliki filter karena dia belum memiliki pikiran sadar, sehingga apa yang dikatakan orang tua itu selalu benar buat dia. Ibaratnya hard disk, pikirannya kosong dan itu tergantung dari programmernya, yaitu orang di sekitarnya,” papar hipnoterapis Dr. Adi W Gunawan, CCH.
    Menurut Adi, anak yang terlalu sering dilarang juga dapat membuat fobia atau tidak percaya diri ketika ia dewasa. Oleh karena itu, orang tua diharuskan untuk berbicara yang baik pada anaknya.
  4. Bully
    Berawal hanya sekedar ejekan belaka, tetapi ternyata dampaknya akan terasa hingga tua. Bagi anak yang tak suka di-bully, mungkin sebuah ‘candaan’ akan membuatnya menjadi lebih minder dan memiliki trauma yang berkepanjangan.
    Sebuah studi mengungkap korban bullying dapat merasakan dampak negatif dari perlakuan buruk ini hingga lebih dari 40 tahun kemudian. Tak hanya akan mengganggu mentalnya, tetapi juga juga fisiknya. Tim peneliti dari Institute of Psychiatry, King’s College London meneliti beberapa orang yang pernah di-bully sebelumnya.
    Setelah mengikuti perkembangan mereka hingga umur 50 tahun, para peneliti melihat bawa partisipan mengidap masalah kejiwaan pada usia tersebut. Hasilnya cukup menyedihkan, mereka yang sering di-bully sering dilaporkan memiliki kondisi fisik dan mental yang lebih buruk saat memasuki usia 50 tahun.
    “Ironisnya, efek berbahaya dari bullying ini tetap ada meski kami telah mempertimbangkan faktor lain seperti IQ korban saat masih kanak-kanak, masalah emosi dan perilaku mereka, termasuk status ekonomi sosioekonomi kedua orang tuanya,” tegas salah satu peneliti senior, Prof Louise Arsenault.
  5. Sering Dibentak
    Kelakuan seorang anak memang terkadang suka membuat kedua orang tuanya emosi. Tak jarang ada yang suka membentak atau bahkan melakukan kekerasan fisik karena saking kesalnya. Tapi tahukah Anda bahwa perlakuan tersebut dapat menyebabkan anak terkena kanker saat dewasa?
    Penelitian yang dilakukan di Plymouth University menunjukkan, anak yang mendapat perlakuan kasar semasa kecil lebih rentan terkena penyakit.
    Selain risiko kanker meningkat, dampak lain dari perilaku kasar semasa kecil juga bisa membuat risiko kekambuhan dan tingkat keparahan asma meningkat. Bahkan risiko terkena serangan jantung juga menjadi lebih tinggi.
    Penyebab utama yang menimbulkan berbagai penyakit ini adalah kondisi stres pada anak. Stres dapat melemahkan daya tahan tubuh. Jika anak dibuat stres terus-menerus maka saat tumbuh dewasa akan lebih rentan terhadap berbagai penyakit kronis.
    “Stres di masa-masa awal kehidupan dalam bentuk trauma dan kekerasan diketahui bisa menciptakan perubahan jangka panjang yang akan memicu penyakit di kemudian hari,” jelas Prof Michael Hyland, peneliti dari studi ini.
    Orang tua cenderung berpikir bahwa trauma masa kecil tidak akan diingat dan hanya berdampak di masa kanak-kanak. Percaya atau tidak, faktanya masa kecil kurang bahagia secara tidak langsung dapat memengaruhi kehidupan saat Anda sudah menjadi orang dewasa.
Baca Juga :  Top 4 SMA Terbaik di Kota Batu Jatim Versi LTMPT 2024

Dampak Masa Kecil Kurang Bahagia

Terdapat beberapa dampak akibat masa kecil kurang bahagia atau trauma masa kecil yang bisa berpengaruh ke kehidupan saat sudah dewasa. Diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Pemikiran ‘seorang korban’
    Ketika masih anak-anak, masa kecil kurang bahagia bisa terwujud dalam bentuk dijadikan korban saat masih kecil. Pemikiran ‘seorang korban’ saat masih anak-anak bisa tetap terbawa sampai dewasa. Pemikiran-pemikiran negatif tersebut bisa menjatuhkan serta membuat Anda merasa tidak berdaya, terperangkap, dan tidak memiliki kontrol atas hidup Anda. Di masa kecil, Anda mungkin merasa bahwa Anda tidak memiliki pilihan, tetapi saat sudah dewasa, Anda memiliki kekuatan untuk mengubah hal-hal yang mungkin Anda pikir tidak bisa Anda ubah atau lakukan.
  • Menjadi pasif
    Bisa trauma masa kecil atau masa kecil kurang bahagia yang sudah dialami menjadikan seseorang menjadi pasif. ketika kecil, Anda mungkin pernah ditinggalkan, diabaikan atau dibuang oleh orang tua. Trauma masa kecil tersebut bisa menimbulkan rasa takut dan kemarahan. Terkadang emosi tersebut malah dipendam dan membuat Anda menjadi orang yang pasif. Masa kecil kurang bahagia tersebut malah membuat Anda meninggalkan diri Anda. Anda malah menjadi tidak ingin berusaha untuk mencapai yang terbaik serta menghindari dan mengubur emosi-emosi yang sedang dialami.
  • Menguburkan sosok diri yang sebenarnya
    Masa kecil kurang bahagia mampu membuat Anda menampilkan sosok diri yang tidak sebenarnya. Hal ini karena sewaktu kecil, Anda berusaha untuk menjadikan diri Anda seperti ekspektasi orangtua agar orangtua bisa menerima dan mencintai Anda. Pola ini terbawa hingga sudah dewasa dan membuat Anda menampilkan sosok diri yang tidak sebenarnya yang hanya berperan untuk memuaskan ekspektasi orang di sekitar Anda. Sehingga Anda mengubur segala emosi dan jati diri Anda agar bisa diterima dan dicintai oleh orang-orang di sekitar Anda.
  • Ekspresi pasif – agresif
    Tumbuh di keluarga yang sering menekan emosi kemarahan dapat membuat Anda merasa bahwa kemarahan adalah suatu emosi yang tidak boleh dirasakan dan perlu untuk dipendam. Tak hanya karena pembelajaran dari orang tua, Anda bisa meyakini bahwa kemarahan adalah sesuatu yang salah, kasar, dan tidak dapat diterima, jika Anda besar di keluarga yang mengekspresikan kemarahan secara tidak sehat, seperti memukul secara fisik. Dan saat dewasa keyakinan tersebut membuat Anda menekan rasa marah dan membuat kemarahan tersebut bertahan dalam diri Anda. Pada akhirnya perasaan marah tersebut diekspresikan melalui perilaku pasif-agresif yang tidak sehat. Perilaku pasif-agresif dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti menyatakan bahwa Anda tidak marah tetapi di saat yang sama menolak untuk membantu orang yang telah membuat Anda marah.
  • Tidak suka dengan suara keras
    Orang-orang yang memiliki masa kecil kasar tidak dapat menahan suara keras. Psikolog mengatakan bahwa suara keras kadang-kadang dapat bertindak seperti pemicu dan membawa seseorang kembali ke semua kenangan yang menghantui. Suatu suara keras tidak selalu berarti perdebatan sengit antara dua orang. Hal ini mungkin juga bisa merujuk pada kebisingan lalu lintas atau bahkan musik berat.
  • Kepercayaan diri rendah
    Harga diri pada umumnya berarti variabel kepribadian yang menangkap perasaan orang tentang dirinya sendiri. Orang-orang yang secara emosional pernah jadi bulian waktu kecil biasanya akan memiliki kondisi emosi yang agak lemah dan mudah berubah-ubah. Hal ini timbul dari trauma yang mereka alami.
    Namun demikian, sering merasa bahwa orang lain seolah lebih tinggi darinya. Tidak peduli seberapa baik pekerjaannya, hal itu tidak akan pernah cukup. Mereka juga mengalami kesulitan untuk bertukar pikiran pada orang lain, karena perasaan bahwa orang lain akan memanfaatkannya saja dan memainkannya seperti orang bodoh.
  • Terlalu introvert
    Ketika seseorang secara emosional pernah diperlakukan tidak mengenakan oleh orang lain, dan terkadang oleh orang-orang kepercayaannya sendiri, maka menjadi sangat sulit baginya untuk mempercayai orang lain. Mungkin waktu telah menyembuhkan semua lukanya tetapi trauma masih akan terus berlanjut.
    Mereka berpikiran jika membiarkan seseorang masuk begitu saja ke dalam hidupnya, maka dia akan dirugikan. Untuk orang seperti ini, menjadi sangat sulit untuk mendapatkan teman baru atau berbagi masalahnya dengan orang lain.
    Dia akan mulai berpikir bahwa dirinya sendiri adalah teman terbaiknya dan tidak ada berhak untuk mendapatkan yang lebih baik dari dirinya.
  • Menumpuk amarah
    Ketika saat kecil seseorang pernah dilecehkan secara emosional, ia masih belum bisa membela dan melindungi dirinya sendiri. Ia selalu merasa tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada yang mau mendengarkannya. Semua kemarahan dan frustrasi itu mulai terbawa arus dan kemudian, ketika telah dewasa, ia tidak dapat mengendalikan diri ketika menghadapi ketidakadilan. Trauma, bekas luka emosional di dalamnya membuat ia sangat cepat marah.
  • Menghindari konflik
    Saat masih kanak-kanak, ia pernah mengalami banyak teriakan dan masalah keluarga. Tak jarang ia sering jadi bahan pelampiasan emosi orang tuanya dan ia selalu berjuang untuk memecahkan masalahnya sendiri. Trauma-trauma ini akan sangat berdampak pada pikirannya hingga dewasa. Saat dewasa, ketika sedang berdebat sesuatu hal, ia seringkali akan berpikir keras terlebih dahulu bahkan sebelum menaikkan suara.
    Ia mencoba menangani situasi dengan sangat tenang dan dingin, tetapi begitu diskusi berubah menjadi pertengkaran, ia akan mengalami trauma dari kilas balik. Kadang-kadang keadaan ini juga dapat memicu serangan panik.
  • Sering meminta maaf yang tidak wajar
    Di masa kanak-kanak, ia sering dikritik bahkan atas perkara yang sepele sekalipun. Sehingga saat sudah dewasa, ia akan berpikir bahwa segala sesuatunya adalah kesalahannya sendiri. Ia mungkin adalah orang yang bekerja paling keras dalam tim perusahaan, ketika ada yang salah, ia akan langsung berpikir bahwa itu adalah kesalahannya.
    Pelecehan mental yang pernah dialami waktu kecil berdampak besar pada harga diri seseorang. Kepercayaan diri yang sangat rendah tersebut memengaruhinya dengan tidak dapat membuktikan kepada penuduh bahwa sebenarnya ia tidak bersalah.
  • Tidak bisa melakukan kontak mata dengan mudah
    Membangun kontak mata yang baik ketika melakukan percakapan dengan seseorang menunjukkan seberapa yakin Anda dan seberapa banyak Anda percaya pada apa yang Anda katakan. Orang yang sangat introver secara alami biasanya tidak dapat mempertahankan kontak mata langsung. Alasan lain mengapa orang-orang seperti ini berpaling adalah mereka berpikir seolah orang lain tidak tertarik dengan apa yang mereka katakan.
  • Tidak suka dengan suara keras
    Orang-orang yang memiliki masa kecil kasar tidak dapat menahan suara keras. Psikolog mengatakan bahwa suara keras kadang-kadang dapat bertindak seperti pemicu dan membawa seseorang kembali ke semua kenangan yang menghantui. Suatu suara keras tidak selalu berarti perdebatan sengit antara dua orang. Hal ini mungkin juga bisa merujuk pada kebisingan lalu lintas atau bahkan musik berat.
Baca Juga :  Cek Bansos BPNT Februari-Maret 2024 Rp 400.000 Melalui Kartu KKS BNI

Cara memulihkan diri dari trauma masa kecil

Untuk sembuh dari trauma masa kecil, Anda perlu memulai proses yang seharusnya sudah Anda lakukan sejak peristiwa tersebut terjadi. Namun tidak ada yang tidak mungkin, meski memakan waktu Anda tetap punya harapan untuk pulih dari trauma masa lalu. Berikut panduan memulihkan trauma masa kecil menurut Andrea Brandt, Ph.D, seorang terapis pernikahan dan keluarga di Amerika Serikat:

  • Coba fokus pada diri sendiri
    Untuk memulai proses pemulihan trauma, coba cari tempat tenang sehingga Anda bisa fokus dan tidak akan terganggu. Pastikan Anda menggunakan pakaian yang nyaman untuk memulai proses yang satu ini. Jika sudah, duduklah dengan nyaman di lantai dengan mata terpejam.  Tarik napas dalam-dalam, lalu fokus dan rasakan kesadaran Anda sendiri. Rasakan betapa sejuknya lantai tempat Anda duduk. Bayangkan aliran energi dari tulang ekor Anda hingga ke lantai tempat Anda duduk. Pusatkan pikiran pada tubuh Anda sendiri tanpa terganggu hal lainnya.
  • Ingat kembali memori masa lalu
    Kemudian, coba ingat kembali situasi atau peristiwa yang membuat Anda kesal baru-baru ini. Kemudian, temukan sesuatu yang memicu emosi Anda. Ingat kembali sedetail mungkin dan bayangkan diri Anda ada pada masa tersebut. Coba lihat dan rasakan lagi emosi yang muncul ketika itu.
  • Rasakan emosinya
    Lalu, bernapaslah dalam-dalam hingga Anda bisa kembali tenang. Kemudian, biarkan tubuh Anda merasakan berbagai emosi. Coba amati dan fokus terhadap respon fisik yang muncul saat itu, apakah kesemutan, sesak, kepala sakit, atau lainnya. Berbagai sensasi ini nantinya akan dibutuhkan untuk memahami kembali trauma masa kecil yaang pernah Anda alami. Setelah Anda merasakan berbagai sensasi ini, jelaskan perasaan ini pada diri Anda sedetail mungkin seolah Anda berbicara pada diri sendiri di dalam hati.
  • Kenali dan namai setiap sensasi
    Ketika Anda merasakan emosi yang bergejolak, coba kaitkan dengan sensasi yang Anda rasakan saat itu, apakah rasa cemas membuat dada sesak atau adakah perasaan marah yang membuat tubuh terasa panas? Coba rasakan dan katakan dalam hati apa yang Anda rasakan. Dengan mengenali berbagai sensasi ini, Anda akan lebih mudah memahami tentang diri dan tubuh.
  •  Cintai setiap emosi dan sensasi yang dirasakan
    Untuk menyembuhkan trauma masa kecil, Anda harus bisa menerima semua hal yang Anda rasakan. Katakan pada diri bahwa Anda suka dan senang merasakan berbagai emosi ini.
Baca Juga :  Kode Redeem Game Modern Warships 25 Maret 2024 Valid Terbaru, Simak Tips Cara Main

Jika seorang anak secara emosional memiliki pengalaman yang buruk atau kurang menyenangkan, maka hal itu seringkali akan berdampak negatif pada dirinya sebagai orang dewasa kelak. Luka fisik mungkin bisa sembuh seiring waktu, tetapi trauma psikologis yang dialami seorang anak akan selalu menjadi bagian dari dirinya meski telah dewasa. Itulah tanda masa kecil kurang bahagia yang berdampak hingga dewasa, semoga informasi ini dapat bermanfaat.

Tanda Masa Kecil Kurang Bahagia yang Berdampak hingga Dewasa

Referensi:

  • 5 Ciri Masa Kecil Tidak Bahagia yang Berdampak sampai Saat Ini, kompas.com
  • 7 Hal Ini Akan Dialami Orang dengan Masa Kecil Kurang Bahagia, androphedia.com
  • Orangtua Harus Paham, 7 Hal Ini Dapat Menjadi Trauma Masa Kecil bagi Anak, fimela.com
  • 9 Langkah Efektif untuk Memulihkan Diri Dari Trauma Masa Kecil,hellosehat.com
  • Trauma In Adults: How Does Childhood Trauma Affect Adulthood?,betterhelp.com
  • How To Recognize If Your Childhood Trauma Is Affecting You As An Adult (& How To Heal), miace.org