Sungai di Dunia Tercemar Bahan Kimia Obat-obatan yang Mengandung Racun, saat ini, pencemaran sungai tak hanya oleh limbah pabrik atau sampah medis saja.

Akan tetapi, Kandungan dalam obat-obatan mencemari sungai-sungai di dunia. Dalam studi oleh Universitas York, Inggris, polusi ini sudah dalam taraf membahayakan dan mengancam ekosistem sungai serta kesehatan manusia.

Sungai di Dunia Tercemar Bahan Kimia Obat-obatan yang Mengandung Racun

Sebuah penelitian menemukan bahwa seperempat sungai di dunia mengandung zat kimia obat-obatan yang berpotensi mengandung racun.

Para peneliti dari seluruh dunia mensurvei lebih dari 1.000 lokasi di 258 sungai, termasuk Sungai Thames di London dan saluran air Inggris lainnya.

Mulai dari Sungai Thames hingga Sungai Tigris dipenuhi dengan polusi antibiotik tingkat tinggi yang berbahaya. Polusi antibiotik adalah salah satu penyebab di mana bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap obat-obatan.

Dilansir The Guardian, “Banyak gen resistensi yang kita lihat pada patogen manusia berasal dari lingkungan,” ujar William Gaze, ahli ekologi mikroba University of Exeter.

Sampel yang diambil dari Danube di Austria mengandung tujuh antibiotik, termasuk klaritromisin yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan seperti pneumonia dan bronkitis. Danube yang merupakan sungai terbesar di Eropa disebut paling tercemar antibiotik. Delapan persen dari sungai-sungai yang diuji di Eropa berada di atas batas aman.

Baca Juga :  Link Cara Cek Nomor Pendaftaran Peserta SNBP 2024

Selanjutnya adalah Sungai Thames yang dianggap sebagai salah satu sungai terbersih di Eropa justru terkontaminasi campuran lima antibiotik bersama dengan beberapa anak sungainya. Satu situs sungai dan tiga anak sungai tercemar dengan level di atas tingkat yang aman.

Sungai tersebut tercemar Ciprofloxacin, yang digunakan untuk mengobati infeksi pada kulit dan saluran kemih. Gaze mengatakan, sungai yang terkontaminasi dengan antibiotik tingkat rendah juga termasuk ancaman serius.

“Bahkan konsentrasi rendah yang terlihat di Eropa dapat mendorong evolusi resistansi dan meningkatkan kemungkinan bahwa gen resistansi ditransfer ke patogen manusia,” kata Gaze.

Obat-obatan tercemar ke sungai dan tanah melalui limbah manusia serta hewan. Selain itu, penyebab lainnya adalah kebocoran dari pabrik pengolahan air limbah dan pabrik obat.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, peningkatan bakteri yang kebal terhadap antibiotik dapat mencapai keadaan darurat kesehatan global dan membunuh 10 juta orang pada 2050.

“Ini sangat menakutkan dan menyedihkan. Kita memiliki sebagian besar lingkungan yang tercemar antibiotik pada tingkat yang cukup tinggi untuk memengaruhi resistensi,” ujar ilmuwan lingkungan University of York, Alistair Boxall.

Baca Juga :  Kode Redeem Game Valorant 25 Maret 2024 Terbaru Valid, Simak Tips Cara Main

Para peneliti menguji 711 situs sungai di 72 negara. Dari jumlah tersebut sekitar 65 persen sungai tercemar oleh antibiotik. Sebanyak 111 lokasi sungai memiliki konsentrasi antibiotik melebihi tingkat aman, dengan kasus terburuk lebih dari 300 kali lipat di atas batas aman.

Dilaporkan oleh kantor berita AFP, para ilmuwan menemukan satu atau lebih antibiotik umum pada dua pertiga dari 711 sampel yang diambil dari sungai-sungai di 72 negara, kata para ilmuwan dalam pertemuan toksikologi lingkungan di Helsinki.

Pada puluhan lokasi, konsentrasi antibiotik  yang digunakan untuk memerangi infeksi bakteri pada manusia dan ternak  melebihi batas aman yang diterapkan oleh AMR Industry Alliance, sebuah kelompok yang beranggotakan lebih dari 100 perusahaan bioteknologi dan farmasi.

Salah satu lokasi di Bangladesh, kandungan metronidazole, jenis antibiotik lainnya yang umum digunakan, juga 300 kali dari ambang batas, kata para peneliti.

“Hasilnya cukup membuka mata dan mengkhawatirkan. Juga menunjukkan kontaminasi sungai secara luas di seluruh dunia dengan senyawa antibiotik,” kata Alistair Boxall, seorang ilmuwan dari Institute Lingkungan Berkelanjutan York, dalam pernyataannya.

Dilaporkan Sky News, dari 711 sungai yang diteliti, terdapat 307 sungai terdeteksi trimethoprim yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih. Sedangkan, Ciproflaxacin juga tercemar di 51 sungai. Ciproflaxacin adalah antibiotik yang konsentrasinya melebihi ambang batas aman.

Baca Juga :  Daftar Beasiswa Short Course Australia Awards 2024 Dapatkan Plus Tunjangan-Visa

Negara-negara berpenghasilan rendah umumnya memiliki konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi di sungai, yakni di Afrika dan Asia. Sungai dengan konsentrasi antibiotik terburuk yakni di Bangladesh. Sungai di negara tersebut tercemar metronidazole yang digunakan untuk mengobati infeksi kulit dan mulut dengan 300 kali lipat di atas batas aman.

Residu yang terdeteksi di dekat fasilitas pengolahan air limbah di negara-negara berpenghasilan rendah sering tidak memiliki teknologi untuk menghilangkan zat yang terkandung dalam obat-obatan.

Limbah biasanya langsung dibuang ke sungai, seperti yang dilakukan di sebuah lokasi di Kenya. Limbah itu menghasilkan konsentrasi antibiotik dengan tingkat 100 kali lipat di atas batas aman.

Penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan antibiotik diduga menjadi penyebab utama resistensi antimikroba.

Referensi:

  • https://nationalgeographic.grid.id
  • https://news.detik.com

Live Streaming