Sejarah Idul Adha Serta Maknanya. Hari ini, umat muslim di Indonesia merayakan hari raya Idul Adha yang jatuh pada 20 Juli 2021. Sebenarnya bagaimana sejarah Idul Adha itu sendiri?

Sejarah Idul Adha Serta Maknanya

Dikutip dati wikipedia, Idul Adha adalah sebuah hari raya dalam agama Islam. Hari ini memperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim a.s bersedia mengorbankan putranya Isma’il sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah SWT.



Sebelum Nabi Ibrahim a.s mengorbankan putranya, Allah SWT menggantikan Ismail dengan domba. Untuk memperingati kejadian ini, hewan ternak disembelih sebagai kurban setiap tahun.

Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Zulhijah atau 70 hari setelah Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik merupakan hari yang diharamkan untuk berpuasa bagi umat Islam. Pada hari Idul Adha, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Id bersama-sama di tanah lapang atau di masjid.

Setelah salat, penyembelihan hewan kurban dilaksanakan. Sepertiga daging hewan dikonsumsi oleh keluarga yang berkurban, sementara sisanya disedekahkan atau dibagikan kepada orang lain. Terkadang Idul Adha disebut pula sebagai Idulkurban atau Lebaran Haji.

Salah satu ujian utama dalam hidup Nabi Ibrahim a.s adalah menerima perintah Allah SWT untuk mengorbankan putra kesayangannya. Perintah ini diterima Nabi Ibrahim a.s melalui mimpi yang terus berulang. Nabi Ibrahim a.s tahu bahwa ini adalah perintah dari Allah SWT dan dia memberi tahu putranya, seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an.

Baca Juga :  KODE REDEEM Free Fire 25 Maret 2024 Terbaru

Selama masa persiapan, setan menggoda Nabi Ibrahim a.s dan keluarganya dengan mencoba menghalangi mereka untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim a.s kemudian mengusir setan dengan melemparkan kerikil ke arahnya. Untuk memperingati penolakan mereka terhadap setan, batu-batu dilemparkan dalam lontar jumrah dalam ibadah haji.




Ketika melaksanakan penyembelihan, pisau Nabi Ibrahim a.s tidak dapat melukai Ismail. Allah SWT kemudian mengganti Ismail dengan seekor hewan sembelihan.

Idul Adha dilaksanakan ketika ibadah haji sedang berlangsung. Pilar dan inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah, sedangkan hari pelaksanaan wukuf dikenal sebagai Hari Arafah, yang dimulai pada tanggal 9 Zulhijah hingga terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah.

Dikutip dari nu.or.id, Idul Adha dinamakan hari raya haji atau hari raya kurban. Hal ini dikarenakan hari raya ini merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Arti kurban ialah memberikan sesuatu untuk menunjukkan kecintaan kepada orang lain, meskipun harus menderita.

Hal tersebut disampaikan pengurus Pimpinan Cabang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kota Kraksaan KH Hasan Naufal.

“Orang lain itu bisa anak, orang tua, keluarga, saudara berbangsa dan setanah air. Adapula pengorbanan yang ditujukan kepada agama yang berarti untuk Allah SWT dan inilah pengorbanan yang tinggi nilainya,” katanya.

Menurut Kiai Hasan Naufal, masalah pengorbanan dalam lembaran sejarah diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa Nabi Ibrahim a.s AS beserta keluarganya Ismail AS dan Siti Hajar. Ketika orang ini telah membuat sejarah besar yang tidak ada bandingannya. Yakni ketika Nabi Ibrahim a.s AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Siti Hajar bersama Nabi Ismail AS putranya yang saat itu masih menyusu.

Baca Juga :  Contoh Soal Latihan Mapel Matematika SMA/SMK Kelas 11 Semester 2 2024 Kurikulum Merdeka

“Mereka ditempatkan di suatu lembah yanh tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun,” jelasnya.

Dikatakan, Nabi Ibrahim a.s AS sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah SWT yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1.600 Km dari negaranya sendiri Palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim a.s AS maupun istrinya Siti Hajar menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.

“Dalam kitab Misykatul Anwar disebutkan bahwa konon Nabi Ibrahim a.s AS memiliki kekayaan 1.000 ekor domba, 300 ekor lembu dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan kekayaan Nabi Ibrahim a.s mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong miliuner,” ungkapnya.

Tapi menurut Nabi Ibrahim a.s, semua harta itu milik Allah SWT yang dititipkan padanya. Jika Allah SWT menghendaki maka akan diserahkan. Bahkan jangankan cuma ternaknya, bila Allah SWT menghendaki anak kesayangannya Ismail pun, dia mengaku akan menyerahkannya.

Lebih lanjut Kiai Hasan Naufal menerangkan, pengorbanan Nabi Ibrahim a.s yang paling besar dalam sejarah umat-umat manusia itu membuat Nabi Ibrahim a.s menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar dan mempunyai arti besar.

Baca Juga :  Pendataran Beasiswa Jabar Future Leaders Scholarships 2024 D3-S3

“Dari sejarahnya itu, maka lahirlah Kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia dengan air zam-zam yang tidak pernah kering sejak ribuan tahunan yang silam sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail AS,” tegasnya. Kiai Hasan Naufal menambahkan, hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha bahwa hakikat manusia adalah sama.

Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk dimintai pertanggungjawaban.

“Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut disembah kecuali Allah SWT,” pungkasnya

Sejarah Idul Adha Serta Maknanya

Sumber : https://www.greeone.id/sejarah-idul-adha-serta-maknanya/