Pupuk Subsidi Langka, Ini Cara Petani Membuat Pupuk Organik. Beberapa daerah di Indonesia sudah saatnya masuk pada musim tanam. Namun, para petani mulai mengeluh karena kelangkaan dan susah mencari pupuk subsidi. Apa pengganti dari pupuk subsidi?

Ada pupuk nonsubsidi, nyatanya para petani tidak sanggup membeli karena harganya yang cukup mahal. Disebabkan pupuk nonsubsidi itu mahal, sebagian  petani mengembangkan inovasinya dengan membuat pupuk organik. Berikut ini cara pembuatannya.

Pupuk Subsidi Langka, Ini Cara Petani Membuat Pupuk Organik

Beberapa petani di Desa Reno Basuki, Kecamatan Wani Nabung, Kabupaten Lampung Tengah menyatakan, keberadaan pupuk subsidi seperti pupuk urea dan phonska selalu terjadi setiap tahunnya. 

Diduga penyaluran pupuk subsidi kepada kelompok tani tidak terbuka, sehingga penyaluran tidak merata. Meskipun penyaluran pupuk subsidi tersedia melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), namun stoknya terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan para petani.

Banyaknya persyaratan bagi petani yang ingin mendapatkan pupuk subsidi tersebut, membuat petani mulai kehilangan kesempatan untuk mendapat jatah pupuk subsidi. Sedangkan untuk beli pupuk nonsubsidi harganya mahal.

Harga Pupuk Nonsubsidi

Irawan (30 tahun), petani singkong (ubikayu) di Desa Reno Basuki terpaksa membeli pupuk nonsubsidi, meskipun mahal. Menurut dia, menggunakan pupuk nonsubsidi, biaya sarana prasarana produksi yang dikeluarkan para petani meningkat, dampaknya pendapatan petani berkurang.

Dia mengatakan, saat ini harga pupuk subsidi jenis phonska Rp 140 ribu per sak (50 kilogram), sedangkan harga pupuk urea Rp 130 ribu per sak. Sedangkan harga pupuk non subsidi phonska Rp 160 ribu per sak dan pupuk urea Rp 150 ribu per sak.

“Di pasaran semua jenis pupuk non subsidi mengalami kenaikan harga, ditambah jenis pupuk phonska langka di pasaran, dan harga obat-obat pertanian melambung tinggi,” kata Irawan.

Baca Juga :  Info Bansos 2024 Dipastikan Cair Selama Bulan Ramadhan 2024, Alhamdulillah KPM Makin Dapat Berkah

Dia menjelaskan, meskipun pupuk subsidi tersedia di Gapoktan, namun, pupuk subsidi yang di peroleh dari Gapoktan hanya dua sak yakni 100 kg, jumlah tersebut tidak mencukupi kebutuhan petani, untuk sehektar kebun singkong petani membutuhkan 400 kg pupu.

Selain pupuk, petani singkong juga membutuhkan obat-obatan pertanian yang harganya juga mahal, seperti obat semprot untuk membasmi hama dan rumput. Harga obat semprot di pasaran berkisar Rp 80 ribu hingga 90 ribu per liter.

Natio (60), petani singkong lainnya di desa tersebut mengatakan, stok kebutuhan pupuk subsidi tidak seperti yang sering diungkapkan para pejabat pemerintahan yang selalu menyatakan ketersediaan pupuk subsidi untuk para petani tercukupi. Namun faktanya, kelangkaan pupuk subsidi dan mahalnya harga pupuk menjadi kendala yang dihadapi para petani dari tahun ketahun.

“Permasalahan yang dihadapi petani singkong di Desa kami dan daerah lainya di Lampung yakni kelangkaan pupuk subsidi dan mahalnya harga pupuk non subsidi telah menjadi kendala setiap tahunnya,” ujar Natio.

Menurut dia, saat ini para petani singkong sedikit lega karena harga singkong dinilai bagus, saat ini harga singkong Rp 1.950 per kg, harga tersebut merupakan harga kotor, setelah dipotong biaya bongkar muat dan potongan dari pabrik pengempul Singkong tapioka berkisar 25 persen hingga 30 persen, petani singkong menerima harga bersih Rp 1.500 per kg.

Dia berharap permasalahan kelangkaan pupuk subsidi di daerah menjadi perhatian khusus pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, selain itu, Natio juga berharap harga singkong tetap stabil di harga standar yakni 1.500 per kilogram karena jika harga singkong di bawah standar maka para petani tidak mendapatkan keuntungan.

Baca Juga :  Cek Bansos BPNT Februari-Maret 2024 Rp 400.000 Melalui Kartu KKS BNI

“Kalau harga singkong dibawah harga standar, maka kami para petani singkong tidak mendapatkan keuntungan dari hasil panen karena biaya operasional tidak sebanding harga jual singkong,” ujar Natio.

Cara Membuat Pupuk Organik

Pak Halid petani asal Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik, Jatim, yang  mengaku membuat pupuk organik dari kotoran sapi.

Caranya, kotoran sapi itu diracik dicampur dengan arang sekam, jerami, dedaunan, air secukupnya dan lima sendok makan gula pasir dan EM4.

“Pupuk alami ini bagus juga buat tanaman, dan hasil tanamannya juga bagus,” kata Halid, 

Halid mengaku untuk belajar secara otodidak membuat pupuk alami. Hal Ini dilakukan karena keterbatasan pemerintah mencukupi kuota pupuk tersebut.

“Mau tidak mau harus bikin pupuk alami, karena mau beli pupuk non-organik mahal. Meski terkadang kalau ada uang, saya coba beli pupuk cair untuk membedakan hasil tanaman,” katanya.

Menurutnya, pupuk buatannya mampu membuat kesuburan tanah dalam waktu lama, sehingga tanaman yang ditanam di tanah bisa tumbuh subur dan berbuah lebat. Selain itu, kata dia, pupuk organik juga ramah lingkungan, mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang ada di dalam tanah, dan mampu meningkatkan kemampuan tanah menyerap air.

“Tapi memang kalau dibandingkan dengan pupuk botolan masih kalah, karena yang botolan sudah ada anti hama, walaupun organik ya memang tidak merusak lingkungan,” ujarnya.

Pupuk Alami Biosaka

Hal yang sama juga dilakukan Setyo Budiawan, petani di Desa Sragi, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, yang mengaku menggunakan pupuk alami buatan kelompok tani setempat, yakni pupuk biosaka. Pupuk itu terbuat dari bahan alami dari rumput yang dicampur dengan air lalu dihancurkan.

Baca Juga :  Cek Bansos BPNT Februari-Maret 2024 Rp 400.000 Melalui Kartu KKS BNI

“Setelah itu bisa langsung digunakan di lahan untuk semua jenis tanaman. Untuk pemilihan rumput, harus memakai rumput yang sehat yang tidak tercampur bahan kimia, dan harus diketahui masa pertumbuhan rumput berada di fase vegetatif atau generatif,” ujarnya.

Menurut Setyo, pupuk biosaka tidak hanya untuk tanaman padi, juga bisa digunakan untuk tanaman lain seperti, kopi, alpukat, durian, jagung dan kedelai.

“Saya pakai pupuk ini sejak tahun 2021, dan hasilnya bagus. Cara menggunakannya mudah, tinggal di semprot dari mulai nol hari sampai enam kali semprot. ini adalah solusi ketika di saat pupuk kimia semakin mahal dan langka,” katanya.

Setyo memahami sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi setiap waktu, karena petani selama ini terlalu bergantung dengan pupuk kimia. 

Mereka berharap, pemerintah melakukan penyempurnaan dan verifikasi data petani pada Sistem e-RDKK, dengan cara integrasi dengan NIK yang dikelola Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil, Kemendagri. Selain itu, berharap pemerintah dapat meningkatkan kapasitas penyuluh pertanian sebagai man on the spot untuk mendukung e-RDKK dan pendampingan Kartu Tani.

Itulah cara petani membuat pupuk organik sebagai pengganti pupuk subsidi. Petani berharap kepada pemerintah agar pendistribusian pupuk yang merata dan mendata kembali para petani dengan baik.

Pupuk Subsidi Langka, Ini Cara Petani Membuat Pupuk Organik

Sumber:

https://www.republika.co.id/

https://jatim.antaranews.com/