Produksi Kain Batik Anti Bakteri. Kain batik tidak hanya dipakai oleh industri mode. Saat ini, penelitian di bidang kesehatan juga menggunakan kain batik. Balai Besar Kerajinan dan Batik melakukan penelitian kain batik anti bakteri dan berjalan sukses.

Produksi Kain Batik Anti Bakteri

Produksi massal kain batik anti bakteri diharapkan dapat dilakukan di tahun 2021 dengan menggandeng perusahaan swasta. Menurut Titik Purwati, Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) mengungkapkan bahwa saat ini kain batik anti bakteri ini masih dikembangkan dalam skala laboratorium.



Penggunaan kain batik tidak hanya dilakukan oleh industri mode. Saat ini, penelitian di bidang kesehatan juga menggunakan kain batik. Balai Besar Kerajinan dan Batik mengatakan, penelitian kain batik antibakteri berjalan sukses.

Bahkan, produksi massal diharapkan dapat dilakukan di tahun 2021 dengan menggandeng perusahaan swasta.

Titik juga menuturkan jika dalam skala laboratorium ini maka kain batik anti bakteri harga jualnya masih tinggi. Maka pihaknya membutuhkan orang yang bisa memproduksi kain batik anti bakteri ini secara masal. Batik anti bakteri merupakan salah satu wujud diversifikasi produk batik seperti yang didorong oleh Kementerian Perindustrian.

Prospek penjualan batik antibakteri ini juga sangat bagus di saat persoalan kesehatan tubuh menjadi prioritas di masa pandemi.

Secara fisik kain batik antibakteri yang telah dipatenkan tersebut tidak ada bedanya dengan kain batik biasa. Melalui teknologi yang dimiliki Balai Besar Kerajinan dan Batik, antibakteri dimasukkan melalui pori-pori kain.

Produksi Kain Batik Anti Bakteri

Batik antibakteri itu, kata dia, merupakan salah satu wujud diversifikasi produk batik seperti yang didorong Kementerina Perindustrian. Ia meyakini prospek penjualan batik antibakteri itu sangat bagus di saat persoalan kesehatan tubuh menjadi prioritas di masa pandemi.




Ia meyakini prospek penjualan batik antibakteri itu sangat bagus di saat persoalan kesehatan tubuh menjadi prioritas di masa pandemi.

Antibakteri ini telah diuji di sepuluh perusahaan batik yang tergabung dalam Asosiasi Pengrajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI).

Proses Pembuatan

Lantas, bagaimana proses batik antibakteri dibuat? Titik menjelaskan, batik antibakteri dibuat dengan mengaplikasikan oksida logam nanopartikel Seng Oksida (ZnO) pada kain sebelum atau setelah proses pembatikan. Lalu kain dicelupkan pada larutan ZnO kemudian dilakukan proses padding (pemerasan dengan alat padder) selanjutnya dilakukan proses pengeringan pada suhu 80 derajat Celcius selama kurang lebih 5 menit dan curing pada suhu 140 derajat Celcius selama kurang lebih 3 menit dengan alat stenter.



“Selanjutnya kain yang sudah diaplikasi ZnO dilakukan proses pembatikan dan pewarnaan kemudian pelorodan,” ungkap Titiek menjelaskan.Setelah itu, lanjut dia, aplikasi nanopartikel ZnO juga dapat dilakukan setelah proses pembatikan keseluruhan telah selesai (pada kain batik yang sudah jadi).

Aplikasi nanopartikel ZnO pada kain sebelum proses pembatikan dapat meningkatkan serapan warna pada pewarnaan menggunakan zat warna alam, atau dengan kata lain, nanopartikel ZnO selain memberikan sifat antibakteri juga dapat digunakan sebagai mordan (pengikat warna) pada kain.

“Produk batik yang telah diaplikasi nanopartikel ZnO diuji dengan pengujian metode agar plate test dan terbukti mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus,” tandasnya.