Mitos dan Fakta Terkait Omicron Menurut WHO dan Kemenkes, angka penderita COVID-19 varian omicron terus melonjak di berbagai negara tak terkecuali di Indonesia. Indonesia mengalami kenaikan kasus COVID-19 hingga menyentuh hingga 26.121 kasus pada 7 Februari 2022 lalu.

Selain itu, banyak pula mitos yang simpang siur di masyarakat terkait varian omicron ini. Supaya tidak terus berlanjut, berikut mitos dan fakta terkait omicron yang perlu kamu ketahui:

Mitos dan Fakta Terkait Omicron

Mitos dan Fakta Terkait Omicron Menurut WHO

  1. Mitos: Omicron hanya memicu gejala ringan
    Fakta: Gejala varian Omicron tidak separah varian Delta. Meskipun begitu, Omicron tak boleh diremehkan lantaran bisa memicu risiko kematian, terutama bagi kelompok yang belum divaksin serta rentan (lansia dan komorbid).
  2. Mitos: Karena lebih ringan, seseorang yang terinfeksi varian Omicron tak perlu rawat inap yang begitu lama. Sebab, daya tahan tubuhnya mampu mengatasi gejala tersebut.
    Fakta: Omicron masih memicu risiko tinggi bagi sistem kesehatan tubuh, sehingga tak boleh disepelekan.
  3. Mitos: Vaksin tak mampu melawan Omicron.
    Fakta: Vaksin mampu memberikan perlindungan lebih terhadap gejala parah hingga risiko kematian akibat Omicron.
  4. Mitos: Orang yang belum divaksin tak akan terkena gejala parah akibat Omicron
    Fakta: Orang yang paling rentan atau berisiko tertular varian Omicron adalah mereka yang belum divaksinasi.
  5. Mitos: Omicron seperti sakit flu biasa.
    Fakta: Omicron jauh lebih berbahaya daripada sakit flu biasa.
  6. Mitos: Seseorang yang pernah terinfeksi COVID-19 sebelumnya, bisa kebal melawan Omicron.
    Fakta: Omicron dapat menginfeksi kembali orang yang sebelumnya pernah terinfeksi COVID-19.
  7. Mitos: Vaksin booster atau dosis ketiga tidak efektif untuk melawan gejala parah dari Omicron.
    Fakta: Vaksin booster mampu meningkatkan perlindungan terhadap gejala parah dari Omicron dan semua varian COVID-19 lainnya.
  8. Mitos: Mengenakan masker tak berguna melawan Omicron.
    Fakta: Mengenakan masker adalah tindakan perlindungan yang efektif untuk membantu mengurangi infeksi dan penyebaran Omicron.
  9. Mitos: Munculnya Omicron dengan gejala ringan, tandanya pandemi segera berakhir.
    Fakta: Akhir dari pandemi masih belum terlihat sampai saat ini.
Baca Juga :  Kenali Penyebab Ketoasidosis Diabetik, Berikut Gejalanya

Mitos dan Fakta Terkait Omicron Menurut Kemenkes

  1. Mitos: omicron hanya menimbulkan gejala ringan.
    Fakta: Meskipun penyebarannya lebih cepat, gejala tidak separah varian delta. Tapi lansia, orang dengan komorbid dan orang yang belum divaksinasi tetap berpotensi kematian.
  2. Mitos: Vaksin tak mempan lumpuhkan omicron
    Fakta: Vaksin menjaga proteksi terbaik melawan omicron. Data menunjukkan 60 persen pasien omicron di Indonesia yang meninggal dunia belum pernah divaksinasi.
  3. Mitos: Orang yang belum divaksinasi tidak akan bergejala parah akibat omicron.
    Fakta: Orang yang belum divaksinasi justru yang paling rentan tertular. Pasien omicrondi rumah sakit kebanyakan adalah belum vaksin.
  4. Mitos: Orang tidak bisa menginfeksi orang yang sebelumnya pernah terkena COVID-19.
    Fakta: Orang yang pernah positif COVID-19 juga bisa terkena omicron. Vaksin sangat dianjurkan untuk menghindari gejala parah.
  5. Mitos: Penggunaan masker tak bisa mencegah penularan omicron.
    Fakta: Pencegahan terbaik dari tertular omicron adalah disiplin protokol kesehatan termasuk memakai masker, mencuci tangan dan mengurangi mobilitas serta vaksinasi.
Baca Juga :  Arti Bayi Tabung dan Pentingnya Pendampingan Psikologis

Mitos dan Fakta Terkait Omicron Menurut WHO dan Kemenkes

(health.detik.com, prfmnews.pikiran-rakyat.com, foto ilustrasi:  Martin Sanchez on Unsplash)

 

 


Live Streaming