Mirip Alien, Suku Kuno Yang Tak Lazim. Sudah hal yang wajar berbagai macam manusia di dunia ini memliki bentuk serta struktur tubuh yang berbeda, walaupun sebagian besar memiliki kesamaan. Ambil contoh saja antara bayi dan orang dewasa. Tentu memiliki perbedaan dalam struktur tubuhnya.

Mirip Alien, Suku Kuno Yang Tak Lazim

Bayi memliki lebih banyak tulang dibanding dengan orang dewasa dikarenakan memiki turang rawan. Namun seiring berkembangan tubuh, tulang-tulang rawan pada bayi akan menyatu, sehingga akan terlihat tulang ini berkurang. Sama halnya dengan tulang tengkorak pada tubuh manusia.

Beberapa arkeolog di dunia ini sempat menemukan tulang tengkorak yang agak berbeda dengan tulang tengkorak pada umumnya. Tulang tengkorak ini tak lazim. Beberapa diantaranya bahkan mirip alien. Berikut beberapa suku kuno yang tak lazim dengan berbagai tulang tengkorak yang ditemukan oleh para arkeolog, dilansir dari Pop Bela.

1. Suku Maya

Suku Maya merupakan salah satu kelompok orang-orang yang melakukan deformasi kepala dengan sengaja. Banyak peninggalan tengkorak suku Maya yang ditemukan dengan bentuk tak lazim. Tetapi, kepala mereka – tidak seperti orang-orang dari peradaban kuno di Amerika Selatan lainnya – memiliki bentuk yang beragam.

Baca Juga :  Kode Redeem Game Super Sus 25 Maret 2024 Terbaru dan Valid, SImak Cara Mainnya

Dilansir Journal of Neurosurgery, bangsa Maya mulai mengubah bentuk kepala anak mereka saat berusia 4 — 5 hari. Bayi dibaringkan di atas tempat tidur yang terbuat dari alang-alang atau bahan lain. Kemudian dua buah papan diletakkan, masing-masing di depan dan di belakang kepala bayi. Kedua papan tersebut kemudian ditekan dan diikatkan ke kepala bayi tersebut. Mengutip Archaeology Mysteries, orang Maya melakukan deformasi kepala untuk membuat anak mereka lebih cantik. Alasan lain adalah karena dewa memberitahu nenek moyang mereka bahwa jika kepala mereka berbentuk sedemikian, mereka akan terlihat seperti bangsawan.

Ada dua jenis bentuk deformasi tengkorak yang umum ditemukan pada bangsa Maya. Anak-anak yang ditentukan memiliki posisi yang tinggi, akan diberi ‘deformasi miring’, yaitu bentuk kepala yang tinggi dan runcing. Orang-orang awam akan memakai ‘deformasi tegak’, yaitu bentuk tengkorak bulat dengan sisi-sisi yang rata.

2. Suku Mangbetu

Mangbetu adalah sekumpulan orang-orang di Afrika, tepatnya Republik Kongo, yang terkait budaya dan bahasanya. Mereka pertama kali dikenal oleh ahli botani Jerman, Georg Schweinfurth, tahun 1870. Orang-orang Mangbetu juga dikenal dengan deformasi tengkorak kepala mereka yang khas.

Tradisi mengubah bentuk kepala tersebut dikenal dengan nama Lipombo. Tradisi ini dianggap sebagai simbol status di antara kelas penguasa Mangbetu, yang melambangkan keagungan, kekuatan, keindahan dan kecerdasan yang lebih tinggi.

Baca Juga :  KODE REDEEM Mobile Legends 25 Maret 2024 Terbaru

Mereka membungkus rapat kepala bayi dengan kain ketika lahir, agar kepala mereka terlihat memanjang. Kepala bayi biasanya akan mulai berubah bentuk sebulan setelah kelahiran, hingga beberapa tahun berikutnya. Hal ini akan terus dilakukan sampai bentuk yang diinginkan tercapai atau anak sudah tidak mau memakai kain tersebut.

Pada awal abad ke-20, Belgia mulai mengkolonisasi Mangbetu. Kedatangan Belgia mengubah kehidupan masyarakat Mangbetu berubah secara drastis. Salah satu perubahan tersebut adalah larangan praktik tradisi Lipombo. Dilansir History Daily, praktik ini pun mulai hilang di tahun 1950-an, ketika orang Eropa mulai banyak berdatangan.

3. Suku Chinookan

Orang-orang Chinookan tinggal di sungai Columbia, daerah yang sekarang merupakan negara bagian Washington dan Oregon, Amerika Serikat. Dilansir Mental Floss, masyarakat Chinookan memiliki struktur sosial yang bertingkat dan ditemukan adanya perbudakan. Tidak diketahui pasti kapan mereka mulai melakukan deformasi tengkorak kepala, tetapi pada tahun 1805, praktik tersebut sudah mendarah daging dalam masyarakat Chinookan.

Deformasi tengkorak bagi masyarakat Chinookan bukan sekadar simbol status. Bentuk kepala mereka yang pipih juga dianggap sebagai garis pemisah kasta. Anak-anak yatim piatu dan anak-anak dari keluarga yang ‘buruk’, tidak mengalami perubahan bentuk kepala, dan diperlakukan dengan hina.

Baca Juga :  KODE REDEEM Free Fire 25 Maret 2024 Terbaru

Itu sebabnya mengapa bangsa Chinookan mengikat bayi mereka pada papan buaian, hingga bentuk kepalanya menjadi rata, agar anak tersebut dianggap berasal dari keluarga yang ‘baik’, sehingga tidak akan diperbudak ketika dewasa. Bahkan ibu dari bayi-bayi tersebut lebih memilih untuk membunuh anak mereka, daripada melihat anaknya tumbuh menjadi budak.

Keragaman budaya dan tradisi menunjukkan kemampuan manusia untuk mencipta dan beradaptasi. Tradisi yang ada dalam setiap budaya umumnya memiliki tujuan dan makna tersendiri. Tidak terlepas kemungkinan adanya kemiripan antar budaya di berbagai penjuru dunia, dikarenakan migrasi manusia di zaman kuno dan faktor lainnya.

Mirip Alien, Suku Kuno Yang Tak Lazim

Sumber: Popbela