Meninjau Sisi Lain Pelaku Pembunuhan dari Sisi Psikologis, saat ini, Masyarakat dikejutkan dengan berita seorang ibu yang tega membunuh anaknya dengan alasan agar anaknya tidak menderita hidup susah seperti yang ia alami.

Di balik perbuatan keji tersebut, banyak orang menganggap bahwa pembunuhan adalah bentuk perilaku yang tak bisa dimaafkan.

Meninjau Sisi Lain Pelaku Pembunuhan dari Sisi Psikologis

Setiap orang memiliki latar belakang kehidupan yang beragam, sehingga hal ini menjadi salah satu faktor pembentukan pribadi manusia di masa depan.

Masyarakat memandang pembunuhan sebagai suatu tindakan yang keji dan tidak bisa diterima dengan alasan apapun. Apa yang sebenarnya ada di dalam psikologis pelaku pembunuhan? Kasus ibu yang tega membunuh anaknya. Masyarakat mungkin memandang bahwa dia membuat trauma.

Namun demikian, pembunuh juga biasanya lahir dari trauma. Tidak banyak masyarakat yang benar-benar peduli akan kesehatan mental seseorang, termasuk kesehatan mental untuk sembuh dari trauma.

Stigma bahwa memiliki masalah mental adalah suatu aib, justru bisa membuat kesehatan mental seseorang memburuk. Bisa jadi seseorang semakin merasa sakit dan memicu masalah lainnya. Inilah yang bisa menjadi bom waktu, salah satunya adalah dengan membunuh orang lain.

Dilansir dari Psychology Today, pembunuh kebanyakan adalah orang yang memiliki masalah mental dan sakit secara emosional. Penyebabnya beragam dan ini menimbulkan kesedihan yang mendalam, depresi, atau rasa putus asa.

Baca Juga :  Kode Redeem Clash of Clans (COC) 25 Maret 2024 Terbaru Valid

Perasaan tersebut bisa muncul akibat pengalaman buruk yang beruntun atau terus menerus disertai dengan sedikitnya pengalaman baik yang dialami. Hal ini membuat empati seseorang tidak berkembang dengan baik dan membahayakan dari sisi emosional.

dilansir dari kompas.com, berikut ini adalah beberapa kejadian yang bisa menjadi risiko penyebab orang membunuh:

  1. Agresi di dalam keluarga
    Anak yang mengalami perundungan atau kekerasan di rumahnya, cenderung tumbuh menjadi orang yang melakukan kekerasan di masa depan. Salah satu risiko bentuk kekerasannya adalah pembunuhan.
  1. Pengalaman diabaikan
    Anak yang pernah mendapatkan pengalaman diabaikan, cenderung akan tumbuh dengan luka yang sulit sembuh. Hal ini bisa memicu kerusakan fungsi otak jangka panjang.
  1. Keterikatan dalam hubungan
    Seseorang yang ketika dalam proses tumbuh dan pematangan emosi tidak memiliki keterikatan hubungan yang baik, cenderung memiliki model hubungan yang destruktif ketika sudah dewasa.
    Untuk membangun keterikatan yang baik, seseorang harus merasakan empat hal: merasa aman di lingkungannya, merasa dihargai, merasa ditenangkan ketika mengalami suatu emosi, dan merasa aman.
  1. Rasa Malu
    Rasa malu yang mendalam biasanya muncul ketika seseorang mengalami perundungan, baik secara kata-kata ataupun fisik. Biasanya seseorang mengalami ini karena status sosial atau ras. Jika ini terjadi dalam waktu yang lama, bisa jadi ini menimbulkan rasa trauma dan memicu aksi pembunuhan tersebut.
Baca Juga :  Nilai Minimal Masuk Kuliah di PKN STAN 2024 Wajib Ikut UTBK

Mental Health atau kesehatan mental merupakan sebuah kondisi di mana individu terbebas dari segala bentuk gejala-gejala gangguan mental.

Individu yang sehat secara mental dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya saat menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah yang akan ditemui sepanjang hidup seseorang dengan menggunakan kemampuan pengolahan stres.

Penting sekali untuk mengobati trauma yang dialami oleh seorang agar ia bisa tumbuh menjadi seorang yang bisa mengontrol dirinya.

Pada sebagian kasus orang dewasa, hilangnya kemampuan mengontrol diri ini bisa diobati. Namun, prosesnya tentu tidak bisa sebentar dan membutuhkan kesadaran.

Penelitian menunjukkan bahwa otak memiliki hubungan erat dengan pengalaman. Jika Anda mengubah pengalaman yang Anda dapatkan mulai hari ini, maka Anda juga bisa mengubah persepsi otak Anda untuk beberapa tahun ke depan.

Oleh karena itu, sebagai makhluk sosial kita perlu menumbuhkan sikap saling peduli terhadap sesama agar nantinya tidak menjadi bom waktu, sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kasus pembunuhan ini.

Dr. Brock Chisholm, mengatakan ”without mental health there can be no true physical health” yang berarti tanpa kesehatan mental kita tidak akan mendapatkan kesehatan fisik yang sebenarnya.
Penelitian pun telah membuktikan pengaruh kesehatan mental pada fisik seseorang, dan sebaliknya. Penelitian tersebut membuktikan bahwa pada pasien yang mengalami depresi, risiko mengalami serangan jantung lebih dari dua kali lebih tinggi, sedangkan mengobati gejala depresi setelah serangan jantung telah terbukti menurunkan tingkat mortalitas pada pasien.
Sebaliknya, kehidupan sosial juga berpengaruh pada kesehatan mental, lingkungan sosial yang sehat akan cenderung menciptakan pribadi yang sehat dan mempunyai pandangan yang positif.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Soal Biologi Kelas 12 Halaman 16 Kurikulum Merdeka SMA, Anabolisme dan Katabolisme

Contohnya, seorang yang dikelilingi oleh orang-orang yang selalu ada untuknya, kemungkinan akan menjadi pribadi yang berpandangan positif pada dirinya sendiri maupun orang lain.

Ini terbukti pada beberapa penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teori Attachment Style, yaitu teori yang mengatakan bahwa adanya pengaruh antara pengasuh dan seorang anak. Seseorang bisa menjadi pribadi yang positif, cemas atau menghindar dikarenakan pola asuh yang ia alami saat kecil.

Meninjau Sisi Lain Pelaku Pembunuhan dari Sisi Psikologis

Referensi:

  • https://www.suaramerdeka.com
  • https://www.kompas.com/sains
  • https://jip.or.id