Mengapa Ilmuwan tak menggolongkan Pedas sebagai rasa?, biasanya sebagian orang menyebutkan adalah rasa manis, asin, asam dan pahit, dan pedas.

Namun ternyata, rasa pedas itu bukan termasuk rasa. Rasa pedas hanyalah sebuah sensasi yang dirasakan oleh lidah. Mengapa demikian?

Mengapa Ilmuwan tak menggolongkan Pedas sebagai rasa?

Bagian lidah kita punya sensor yang peka pada rasa tertentu dibandingkan dengan yang lainnya. Seperti yang sudah kita ketahui saat pelajaran sekolah dulu, reseptor rasa manis berasa di ujung, asam di tepi, asin di samping, dan pahit ada di bagian pangkal lidah.

Dari senser reseptor tidak ada reseptor pedas, hal itu karena pedas hanya suatu sensasi panas dan terbakar yang dirasakan ujung saraf lidah atau papila.

Baca Juga :  Contoh Soal Latihan Mapel Matematika SMA/SMK Kelas 11 Semester 2 2024 Kurikulum Merdeka

Rasa pedas itu disebabkan oleh senyawa capsaicin yang ada di dalam cabai. Capsaicin memengaruhi papila sehingga tak  punya bagian tertentu yang lebih peka di lidah.

Cabai atau tumbuhan lain yang meninggalkan sensasi pedas mengeluarkan zat kimia bernama Capsaicin .

Capsaicin  sendiri merupakan komponen aktif dari cabai atau tumbuhan lain yang sejenis. Capsaicin  akan menyebabkan iritasi atau sensasi terbakar bila dikonsumsi atau sekadar bersentuhan dengan jaringan manapun.

Pada lidah memiliki reseptor sendiri terhadap rasa manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan sensasi yang disebabkan kapsaisin membuat reseptor rasa sakit yang ada pada papila lidah memberikan sinyal pada otak dan diartikan sebagai rasa pedas.

Itulah mengapa saat memakan makanan pedas, tak  cuma lidah yang merasa panas, namun hingga ke seluruh rongga mulut. Tak  cuma itu, terkadang kalau kamu makan sambal menggunakan tangan, sensasi pedas dan panasnya pasti juga tersisa di tangan

Baca Juga :  Kisi-kisi Tes Kesehatan IPDN 2024, Pahami Sebelum Daftar

Dikutip dari Discovermagazine, toleransi makanan pedas berasal dari perubahan fisik reseptor nyeri tubuh. Sementara, faktor psikologi berpengaruh pada seberapa suka seseorang mengonsumsi makanan yang seolah ‘membakar’ mulut itu.

Sensasi  panas dan pedas terdaftar melalui reseptor spesifik pada sel-sel saraf lidah. Ketika terkena capsaicin (zat kimia yang menimbulkan rasa pedas), reseptor ini terbuka untuk memungkinkan ion kalsium dan natrium mengirimkan sinyal panas ke otak.

Namun, dengan paparan berulang jangka pendek capsaicin, ion kalsium menutup pintu reseptor dan menghambat penularan lebih lanjut dari sinyal rasa sakit.

Hingga saat ini, para ilmuwan juga masih mencoba memahami dampak paparan berulangnya dalam jangka panjang yang diketahui tidak merusak saraf secara permanen.

Baca Juga :  Manfaat Susu Almond untuk Kesehatan Tubuh, Mengurangi Risiko Penyakit Jantung

Sensasi pedas yang datang dari capsaicin tak ada bedanya dengan sensasi saat kulit kita terluka. Oleh karena itu pedas dianggap bukan sebagai rasa tapi hanya sensasi saja.

Referensi: Gramedia.com, merdeka.com