Malam ini, Puncak Hujan meteor Geminid, Geminid merupakan hujan meteor utama yang titik radiannya (titik asal kemunculan meteor) berada di dekat bintang Alfa Geminorum (Castor) konstelasi Gemini. Fenomena ini diperkirakan muncul pada malam ini, Selasa (14/12/2021).

Malam ini, Puncak Hujan meteor Geminid 

Salah satu fenomena langit di pertengahan Desember 2021 adalah puncak hujan meteor Geminid. Hujan meteor Geminid bersumber dari sisa debu asteroid 3200 Phaeton yang mengorbit Matahari dengan periode 523,6 hari. Hujan meteor Geminid dapat disaksikan sejak pukul 20.30 WIB hingga keesokan harinya.

“Hujan meteor Geminid dapat disaksikan sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam Matahari) dari arah Timur Laut hingga Barat Laut,” tulis LAPAN dalam situsnya.

Hujan Meteor ini disebut LAPAN sebagai fenomena antariksa biasa dan aman, bukan hal yang membahayakan bagi manusia di bumi.
Untuk melihatnya, tidak dibutuhkan alat bantu apapun. Seseorang hanya butuh mencari tempat lapang tanpa banyak halangan ke arah langit.

“Pastikan cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang,” saran LAPAN bagi pengamat yang ingin melihat fenomena ini.

Pandangan juga harus jauh dari pencahayaan lain, termasuk layar ponsel. Biarkan mata menyesuaikan dengan tingkat cahaya alami.

Untuk melihat puncak hujan meteor Geminid, pastikan cuaca cerah dan bebas polusi udara. LAPAN menyebutkan, intensitas hujan meteor berbanding lurus dengan 100 persen persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle.

Skala Bortle sendiri adalah skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya. Semakin besar skalanya maka semakin besar polusi cahaya yang timbul.

Adapun intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia berkisar 86 meteor/jam (Sabang) hingga 107 meteor/jam (Pulau Rote). Hal ini terjadi karena titik radian berkulminasi pada ketinggian 46 derajat hingga 63 derajat arah utara, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 120 meteor/jam.

“Intensitas hujan meteor ini juga akan sedikit berkurang karena Bulan berada di dekat zenit saat titik radian sedang terbit,” tulis LAPAN.

Menurut NASA, Geminites disebabkan oleh puing-puing dari benda angkasa yang disebut 3200 Python, yang asal usulnya telah menjadi bahan perdebatan. Sementara beberapa astronom menganggapnya berasal dari komet yang sudah punah, yang lain berpendapat bahwa itu pasti asteroid karena orbitnya dan asteroid sabuk utamanya mirip dengan Pallas.