Kopi Robusta Desa Cisadon Bogor. Adalah Ujang, seorang Warga Desa Cisadon, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor mengandalkan kopi sebagai penyambung hidup.



Saat ini, robusta sedang berbuah dan diperkirakan bakal panen jelang Ramadan nanti. Untuk urusan pengolahan kopi pun, pengetahuan warga masih terbatas. Baru dua tahun terakhir Ujang telaten mengolah sendiri hasil panen kopi dari kebunnya.

Kopi Robusta Desa Cisadon Bogor

Ujang mendapat pengetahuan dari pegiat kopi yang kebetulan trekking atau melintas sebelum ke Curug Kencana atau Telaga Rawa Gede. Ujang mencoba mulai petik merah, merambang (merendam kopi di air untuk mendapatkan kopi kualitas baik) hingga jadi green bean atau biji kopi hijau siap panggang. Perlahan ia pun memperoleh bantuan dari pegiat kopi Jakarta sehingga bisa roasting (memanggang) biji kopi secara mandiri.

Baca Juga :  Puasa Bisa Mengurangi Penyakit Asam Lambung, Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Kenampakan alat roasting bernama ‘Anabel’ alias Analisa Anak Gembel ini begitu sederhana. Terdapat penampang besi berbentuk kotak, kemudian di atasnya terdapat tabung besi berpipa dan tersambung dengan tuas pemutar. Sekali panggang, tabung hanya muat sekitar 200 gram biji kopi.

Cuma nyatanya alat mampu menghasilkan kopi nikmat dan banyak dilirik pemilik kedai-kedai kopi di sekitar Bogor, Bandung, Jakarta juga penikmat kopi dari berbagai negara.




Kopi yang diberi label ‘Raja Wine’ ini menawarkan 4 jenis kopi yakni, wine, natural, luwak dan lanang. Proses pascapanen berbeda sehingga menghasilkan citarasa kopi berbeda pula. Kopi lanang mungkin terdengar asing. Kopi, kata Ujang, memang diperuntukkan bagi kaum adam demi menunjang keperkasaan.

Baca Juga :  KODE REDEEM Mobile Legends 25 Maret 2024 Terbaru

Kopi-kopi ini ia jual per 100 gram dan 200 gram. Untuk kopi natural, wine dan luwak dijual Rp50ribu per 200 gram. Sedangkan kopi lanang dibanderol Rp100ribu per 200 gram.

Memang perlu perjalanan sejauh 8 kilometer dengan jalan menanjak dan terjal demi menyicip kopi ini. Terlebih wilayah ini absen dari sinyal operator telepon. Ujang tidak memusingkan hal itu.

Ponselnya mendapat sinyal tiap Kamis saat ia turun gunung sehingga notifikasi pemesanan kopi beradu masuk. Sang anak yang berada di pondok pesantren Babakan Madang pun siap menampung pesanan yang masuk.

Diluar masa panen warga lebih banyak mengandalkan sektor wisata. Popularitas trekking menuju Curug Kencana maupun Telaga Rawa Gede mampu menghidupkan perekonomian warga. Ada yang berjualan di beberapa titik rute trekking, ada pula yang kerap membantu mengantar pengunjung ke lokasi tujuan.

Baca Juga :  Nilai Minimal Masuk Kuliah di PKN STAN 2024 Wajib Ikut UTBK

Kopi Robusta Desa Cisadon Bogor



Minim listrik dan absen sinyal tidak membuat desa redup. Sebagian anak-anak Cisadon masih semangat belajar meski tidak secara formal di bangku sekolah. Tiap minggu ada saja mahasiswa dari berbagai universitas memberikan bimbingan belajar baca, tulis dan berhitung.