Jika Anak Tantrum Jangan diberi Hukuman, tantrum adalah hal yang wajar dialami oleh anak-anak terutama usia 1-3 tahun.

Penyebab tantrum adalah ketidakmampuan anak untuk menyampaikan apa yang dirasakan atau diinginkan. Akibatnya anak akan marah, berteriak, menangis hingga menendang.

Jika Anak Tantrum Jangan diberi Hukuman

Ketiak anak tantrum dan tidak berhenti menangis, bahkan hingga melempar semua mainannya, pada kondisi ini rasa emosi Ibu kepada anak kerap kali muncul. Akan tetapi sebaiknya orangtua  jangan marah dulu, karena semua ucapan Ibu akan direkam oleh otak anak dan bisa saja menyakiti hatinya.

Fase tantrum pada anak

Lamanya tantrum pada anak dapat bervariasi, tergantung pada sikap masing-masing anak. Namun secara umum fase tantrum pada anak dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

  • Perlawanan
    Tantrum umumnya berawal dari penyangkalan atau perlawanan dari anak. Misalnya, anak mengabaikan larangan atau imbauan dari orang tua. Umumnya hal ini yang menyebabkan anak melawan dan mencoba mendapatkan keinginannya.
  • Kemarahan anak
    Ketika melawan, anak umumnya akan marah pada orang tua. Kemarahan anak biasanya ditunjukkan dengan sikap melempar barang, menangis, berteriak memukul, atau merusak barang. Anak juga kadang akan berguling-guling di lantai sambil menjejakkan kaki untuk meluapkan emosinya. Orang tua sebaiknya waspada apakah sikap si kecil saat marah dapat melukai orang lain maupun dirinya sendiri.
  • Tawar-menawar
    Pada tahapan ini anak umumnya akan terus berusaha agar keinginannya dapat dipenuhi. Menghadapi sikap anak yang demikian, orang tua disarankan untuk tetap tenang agar tidak terbawa emosi. Hindari memarahi dan membentak anak, apalagi saat berada di tempat umum. Anda juga perlu menahan diri untuk tidak goyah melihat anak merajuk untuk kemudian menuruti keinginannya.
  • Emosi anak mulai mereda
    Setelah lelah marah, anak-anak umumnya akan mulai mereda emosinya. Pada fase ini umumnya anak akan menangis karena keinginannya tidak dituruti. Beri waktu pada anak untuk meredakan emosinya hingga ia sedikit lebih tenang.
  • Menerima
    Setelah tenang, anak mulai masuk pada fase penerimaan. Pada tahap ini Anda dapat menjelaskan kepada anak mengapa keinginannya tidak dikabulkan dan mengapa orang tua menerapkan aturan tersebut. Anak mungkin tidak langsung memahami perkataan Anda, namun secara perlahan ia akan mengerti sikap Anda.

Berikut ini adalah cara menghadapi tantrum pada anak, yaitu:

  1. Tenang dan Kendalikan Emosi
    Ketika anak mengalami tantrum, sangat penting bagi orangtua untuk tetap tenang dan kendalikan emosi. Jangan panik apalagi malah sampai membentak atau berteriak pada anak.
  2. Ajak Si Kecil untuk Berkomunikasi
    Anak mengalami tantrum karena ketidakmampuannya mengekspresikan keinginannya. Orangtua bisa mengajaknya berkomunikasi. Misalnya dengan menanyakan langsung apakah anak lapar, mengantuk, atau bosan. Dengan melakukan ini, anak akan mulai belajar bagaimana sebaiknya mengkomunikasikan keinginannya.
  3. Jangan gunakan Kekerasan
    Mungkin ada sebagian dari orangtua yang masih memakai cara kekerasan untuk mendiamkan anaknya yang sedang tantrum. Orangtua perlu menghindari cara seperti ini ya. Kekerasan hanya akan mengajarkan pada anak untuk melakukan kekerasan pula dalam mengekspresikan kemauannya. Ingat, anak itu adalah peniru yang ulung.
  4. Alihkan Perhatian
    Mengalihkan perhatian si kecil. Misalnya saja ajaklah ia bermain atau memberikan cemilan yang ia suka.
  5. Jauhkan Benda Berbahaya
    Ketika anak tantrum, orangtua harus menjauhkan segala benda-benda berbahaya dari jangkauan anak. Jangan sampai anak malah mengalami kecelakaan saat sedang tantrum.
  6. Berikan Sentuhan Kasih Sayang
    Berikan sentuhan kasih sayang. Orangtua bisa memberikan pelukan hangat atau ciuman kasih sayang saat si kecil sedang tantrum. Ini dilakukan selain memberikan ketenangan, anak akan sadar bahwa orangtua  peduli dengannya.
  7. Jangan terburu-buru Mengikuti Semua Kemauan Anak
    Jangan terburu-buru menuruti semua kemauan anak. Misalnya jika anak meronta karena ingin main gadget padahal menurut orangtua sudah cukup, maka orangtua  tidak perlu menurutinya. Hal ini dilakukan agar anak belajar akan disiplin.

Perilaku membentak atau memberikan hukuman pada anak bisa berdampak negatif pada psikologis sang buah hati. Penelitian yang dilakukan Lise Gliot pada anaknya sendiri, adalah yang paling populer. Ia melakukan penelitian dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya.

Dari hasil penelitian tersebut, Gliot bisa melihat rangkaian indah yang terbentuk ketika sang anak disusui dengan sentuhan lembut di kepalanya. Namun, pada saat anaknya sedang terkejut dan mendengar bentakan, rangkaian indah itu berubah menjadi gelembung, lalu pecah berantakan dan menyebabkan perubahan warna.

Dari penelitian ini jelas menunjukkan bahwa marah dan suara bentakan terhadap anak akan mempengaruhi perkembangan otak anak. Selain mempengaruhi perkembangan otak, suara bentakan juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh sang anak.

Menghadapi anak yang tantrum memang tidak mudah dan butuh pengendalian diri yang baik bagi orang tua. Meskipun tantrum juga memiliki efek positif bagi perkembangan anak, namun sebaiknya orang tua juga perlu belajar menghadapi anak tantrum dengan baik.

Jika Anak Tantrum Jangan diberi Hukuman

Referensi:

  • https://www.halodoc.com
  • https://id.theasianparent.com
  • https://yoursay.suara.com
  • https://parenting.dream.co.id
  • https://www.health.harvard.edu

Live Streaming