Jenis Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak dan Dampaknya, Keluarga adalah tempat pertama anak mendapat pelajaran. Orangtua dan rumah adalah sekolah pertama bagi anak.

Secara harafiah, definisi parenting bisa diartikan sebagai pengasuhan anak. Dengan demikian, parenting style bisa dimaknai sebagai pola asuh anak. Menurut American Psychological Association (APA), parenting dijalankan orang tua untuk mencapai tiga tujuan, yaitu:

  • Memastikan keselamatan dan kesehatan buah hati
  • Mempersiapkan anak untuk menjalani masa depannya agar kelak bisa menjadi orang dewasa yang produktif
  • Mewariskan nilai-nilai kultur dan budaya yang telah ada turun temurun

Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap orang tua biasanya memiliki gaya atau pola tersendiri. Masing-masing pola tersebut juga nantinya bisa memberikan dampak yang berbeda terhadap perkembangan serta karakter anak.

Jenis Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak dan Dampaknya

Menurut Psikolog Diana Baumrind pada 1960an mengelompokkan pola pengasuhan anak menjadi tiga jenis. Lalu, di tahun-tahun setelahnya, penelitian yang dilakukan oleh Maccoby dan Martin menambah satu jenis gaya parenting lagi.Keempat gaya parenting tersebut adalah:

  1. Authoritarian parenting (pola asuh otoriter)
    Orang tua yang menjalani pola asuh otoriter, memastikan anaknya mengikuti semua aturan ketat dari ayah dan ibunya. Jika anak gagal mengikuti aturan, maka biasanya hukuman tegas akan langsung diberikan.Orang tua yang otoriter, biasanya tidak akan menjelaskan alasan di balik hukuman atau peraturan yang mereka berikan pada anak.
    Pola asuh ini digambarkan sebagai orang tua yang mendominasi dan diktator.Jika anak bertanya “Kenapa saya harus melakukan itu?” maka jawaban seperti “Ya karena Mama bilang begitu,” biasanya sering terucap.
    Ciri lain dari orang tua yang menjalani pola asuh otoriter adalah:
    • Memiliki harapan dan ekspektasi tinggi terhadap anaknya
    • Tidak terlalu responsif terhadap hal-hal yang terjadi pada anak
    • Tidak memberikan ruang untuk kesalahan anak, tapi di saat yang bersamaan juga tidak membimbing anak melakukan cara yang benar
    • Berfokus pada status dan hasil
    • Beranggapan bahwa anak harus menuruti perintah orang tua
    • Tidak suka jika anak banyak mengajukan pertanyaan

Dampak pola asuh otoriter pada anak:

Anak yang diasuh oleh orang tua yang otoriter, biasanya tidak akan kesulitan untuk mengikuti aturan. Namun, anak juga bisa tumbuh menjadi sosok yang agresif dan mudah berkonflik dengan orang lain.Dampak lain dari pola asuh otoriter adalah hilangnya rasa harga diri anak.

Sebab, opini atau pendapatnya sering diabaikan, bahkan oleh orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga dan orang tua.Karena aturan kelewat ketat itu juga, banyak anak yang dibesarkan di lingkungan otoriter menjadi pembohong ulung. Mereka terbiasa berbohong untuk menghindari hukuman yang keras dari orang tua.

  1. Authoritative parenting (pola asuh otoritatif)

Sama seperti orang tua yang menganut pola otoriter, ayah dan ibu yang menjalani pola asuh otoritatif juga berekspektasi anaknya mengikuti aturan mereka. Namun secara garis besar, gaya parenting ini jauh lebih demokratis.orang tua otoritatif mau mendengarkan pertanyaan anak dan responsif terhadap segala hal yang dilakukan buah hati.
Mereka memang memiliki ekspektasi yang tinggi pada anak, tapi di saat yang bersamaan juga memberikan dukungan, kehangatan, dan berinteraksi dengan anak.Saat anak kemudian mengalami kegagalan, mereka pun akan lebih bisa memaafkan dan bersikap bijaksana, dibanding dengan orang tua otoriter yang langsung menghukum.

Dampak pola asuh otoritatif pada anak:

Anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini, punya kemungkinan besar untuk tumbuh menjadi sosok taat aturan tanpa paksaan. Sebab, orang tua selalu menjelaskan alasan di balik setiap larangan dan anjuran yang ada.Gaya parenting otoritatif juga dinilai sebagai salah satu gaya yang paling banyak melahirkan anak-anak yang sukses saat dewasa.

Anak-anak itu juga merasa percaya diri dan nyaman dalam mengemukakan pendapatnya di depan orang lain.Terakhir, pola asuh ini juga bisa membuat anak tumbuh dengan lebih bahagia dan bijak dalam membuat keputusan. Sebab, anak terbiasa menimbang risiko serta kelebihan dan kekurangan dari masing-masing hal sejak kecil.

  1. Permissive parenting (pola asuh permisif)
    Pola asuh permisif merupakan bentuk pengasuhan di mana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orang tua. Pola asuh permisif memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong anak untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri. Dengan pola asuh seperti ini, maka anak mendapat kebebasan sebanyak mungkin dari keluarganya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.


Orangtua yang menjalani pola asuh permisif punya ciri-ciri sebagai berikut:

    • Sangat jarang atau bahkan tidak pernah memiliki ekspektasi tertentu pada anak
    • Jarang mendisiplinkan anak
    • Responsif terhadap hal-hal yang dialami anak
    • Sifatnya non-tradisional dan memberikan banyak kelonggaran pada anak
    • Cenderung menghindari konfrontasi
    • Komunikatif
    • Lebih banyak memposisikan diri sebagai teman bagi anaknya

Dampak pola asuh permisif pada anak:

Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang permisif, akan lebih berisiko mengalami kesulitan di sekolah maupun hal akademis lainnya.Mereka juga akan menunjukkan sikap yang mungkin dianggap kurang sopan atau menghargai karena tidak terbiasa mengikuti aturan.

Pola asuh ini juga banyak menghasilkan anak-anak yang kurang percaya diri dan sering bersedih.Sisi negatif dari pola asuh ini juga membuat anak berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan, seperti obesitas. Sebab, orantua tidak mengatur pola makan anak sejak kecil dan membiarkannya melahap setiap makanan kesukaan.

  1. Uninvolved parenting (pola asuh membiarkan)
    Pola asuh yang terakhir adalah pola asuh membiarkan atau uninvolved parenting. Orangtua yang menjalaninya, hampir tidak memiliki ekspektasi untuk anaknya. Mereka juga tidak responsif dan hampir tidak pernah berkomunikasi dengan anak.


Meski orang tua tersebut tetap memenuhi kebutuhan dasar anak seperti menyediakan tempat tinggal yang layak, makanan yang cukup, dan uang untuk keperluan sekolah dan lain-lain, tapi tidak terlibat dalam kehidupan buah hatinya.Mereka tidak memberikan arahan, nasihat, larang dan anjuran, atau dukungan emosional pada anak. Pada kasus-kasus yang parah, orang tua bahkan sama sekali tidak mau berurusan dengan anak dan tidak memenuhi kebutuhan dasarnya.

Dampak pola asuh membiarkan pada anak:

Anak yang dibesarkan oleh orang tua dengan gaya parenting ini biasanya tumbuh menjadi orang yang tidak bahagia dan tidak punya rasa percaya diri serta rendah diri.Secara akademis, anak-anak tersebut biasanya sulit untuk berprestasi maupun mengikuti pelajaran layaknya anak-anak lain. Perilaku mereka juga baisanya kurang baik.

  1. Permissive Parenting
    Pola asuh permisif merupakan bentuk pengasuhan di mana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orang tua.
    Pola asuh permisif memandang anak sebagai seorang pribadi dan mendorong anak untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri.
    Dengan pola asuh seperti ini, maka anak mendapat kebebasan sebanyak mungkin dari keluarganya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
  2. Neglectful Parenting
    Pola asuh tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu orang tua umumnya banyak digunakan untuk keperluan ekonomi seperti bekerja dan kadangkala mereka terlalu hemat biaya untuk anak mereka.
    Orang tua yang depresi adalah termasuk dalam kategori ini, mereka cenderung menelantarkan anak-anak mereka secara fisik dan psikis. orang tua yang depresi tidak mau memberikan perhatian fisik dan psikis pada anaknya.

Dampak dari pola asuh ini yaitu akan menghasilkan karakteristik anak yang moody, impulsive, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self ekstrem(harga diri) yang rendah, sering membolos dan sering bermasalah dengan teman-temannya.

  1. Overprotective Parenting
    Pola asuh di mana orang tua memiliki kekhawatiran yang berlebihan terhadap kehidupan anak. Lebih dari pola asuh otoriter, orang tua dengan pola asuh ini sangat khawatir apabila kebutuhan anaknya tidak terpenuhi, takut dan cemas hal yang tidak baik terjadi pada anaknya.
    Contohnya, orang tua memarahi anaknya jika bergaul dengan anak tetangga karena takut menjadi nakal. Orang tua tidak mengizinkan anaknya untuk pergi camping, karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Ini membuat anak menjadi tidak bebas. Anak akan mengalami terlalu banyak larangan yang menghambat aktivitas mereka. Akibatnya mereka lebih banyak menghabiskan masa bermainnya di dalam rumah. Dalam jangka panjang anak-anak tipe ini akan lebih mudah bergantung pada orang lain, mudah menjadi cemas, kurang dewasa, tidak dapat menyelesaikan hal mendasar.

Beberapa perilaku akibat kesalahan pola asuh lainnya akan berdampak pada perilaku anak diantaranya adalah sebagai berikut:

Akibat kesalahan pola asuh

  • Anak sering menangis dan mudah tersinggung disebabkan orang tua kurang memberikan perhatian yang ditunjukkan baik secara fisik maupun verbal.
  • Terlalu sering berbohong, orang tua biasanya memberikan reaksi berlebihan dari kesalahan yang pernah dilakukan anak sehingga anak terpaksa berbohong karena takut akan reaksi yang diberikan orang tua.
  • Self esteem rendah, karena anak kurang mendapatkan nasehat dan motivasi dari orang tuanya padahal hal itu sangat dibutuhkan oleh anak.
  • Sering merasa ketakutan, biasanya disebabkan karena orang tua bereaksi berlebihan ketika anak menghadapi rintangan dalam hidupnya.
  • Merasa iri hati, sikap orang tua yang sering membanding-bandingkan anaknya akan menimbulkan rasa iri hati sang anak ketika melihat orang lain yang melebihi mereka padahal sejatinya yang perlu ditanamkan di benak anak bahwa tidak ada manusia yang terlahir sempurna , semuanya memiliki kelebihan juga kekurangan.
  • Tidak bisa bangkit dengan dirinya sendiri, anak yang diasuh dengan pola yang permisif akan menghasilkan anak ketergantungan dan sulit untuk berdikari.

Ilmu parenting ini juga sangat bermanfaat bagi orang tua, orang tua bisa lebih tenang dalam mengawasi pergaulan anak mereka  karena anak yang sudah dibekali dengan nilai moral dan pendidikan agama sejak dini akan lebih mampu menjaga diri mereka dari dampak negatif pergaulan di masa sekarang yang sulit untuk dikontrol dan masalah remaja lainnya.

Orang tua perlu mengingat bahwa ilmu Parenting bukan hanya berbicara terkait materi pola  pendidikan dan pengasuhan anak melainkan dibutuhkan  komitmen dari orang tua untuk memiliki keterampilan khusus, pribadi yang baik yang melekat dalam individu dari setiap orang tua yang dijadikan sebagai panutan untuk ditiru oleh anak dan hal ini diperoleh orang tua dengan belajar.

Itulah informasi tentang Jenis Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak dan Dampaknya , dan untuk menjadi orang tua yang baik jangan pernah bosan untuk belajar menjadi orang tua yang baik serta jadilah orang tua yang kreatif dan inovatif dalam menerapkan ilmu parenting.

Referensi : sehatq.com, puspensos.kemensos.go.id