Hari Gizi Nasional 25 Januari 2022, Aksi Bersama Cegah Stunting & Obesitas,  tahun 2022 ini, memperingati  hari Gizi Nasional yang ke 62 yang diperingati setiap tanggal 25 Januari.

Logo dan tema Hari Gizi Nasional 2022 telah dirilis secara resmi oleh Kementerian Kesehatan pada laman kemkes.go.id. Tema Hari Gizi Nasional tahun ini adalah “Aksi Bersama Cegah Stunting & Obesitas”.

Hari Gizi Nasional 25 Januari 2022, Aksi Bersama Cegah Stunting & Obesitas

Hari Gizi Nasional (HGN) diperingati setiap tanggal 25 Januari sebagai kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak untuk bersama membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi melalui gizi seimbang dan produksi pangan berkelanjutan. Tema Hari Gizi Nasional pada tahun 2022 ini adalah “Aksi Bersama Cegah Stunting & Obesitas”.

Hari Gizi Nasional 25 Januari 2022

Dari laman p2ptm.kemkes, Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Disampaikan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, Prof.dr.Aman B Pulungan Sp.A (K). Menurutnya, sebagian besar masih menganggap bahwa stunting hanya persoalan perawakan anak yang pendek saja. Stunting memang ditandai dengan tinggi badan yang pendek, tetapi yang disertai oleh malnutrisi.

Aksi Bersama Cegah Stunting & Obesitas

Di lansir dari laman puspensos.kemensos.go.id, Pandemi COVID-19 telah berimbas pada peningkatan masalah kesehatan di Indonesia. Masalah kesehatan yang semakin meningkat di tengah pandemi ini salah satunya yaitu triple burden of malnutrition yakni gizi berlebih (obesitas), gizi kurang (stunting), dan malnutrisi mikronutrien atau kekurangan zat mikro seperti vitamin dan mineral.

Baca Juga :  Download Aplikasi Fitness Erakulis Bikinan Pesepakbola Cristiano Ronaldo Terdapat Fitur Kesehatan Mental

Hal tersebut disebabkan karena goncangan ekonomi akibat pandemi terus meningkat yang dibuktikan dengan tingginya angka PHK, meningkatnya jumlah pengangguran, dan peningkatan angka kemiskinan.

Akibat kondisi ekonomi masyarakat yang menurun ini sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan masyarakat untuk mengakses makanan dan layanan kesehatan.

Faktor yang menyebabkan malnutrisi bukan hanya dipengaruhi oleh status ekonomi yang kurang, namun juga kurangnya pendidikan dan informasi tentang zat gizi dan pola makan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai anjuran .

faktor lainnya yang menyebabkan kondisi malnutrisi yaitu rendahnya kepedulian terhadap pemenuhan gizi seimbang, minimnya ketersediaan air bersih, peningkatan angka urbanisasi, terjadinya bencana alam, dan lain-lain.

Dilansir dari laman mediakreasinews, pemerintah telah menargetkan penurunan stunting hingga 14% pada 2024. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat dr. R. Nina Susana Dewi Sp. PK (K)., Mkes. MMRS mengatakan “Stunting merupakan salah satu indikator prioritas dalam SDGs dimana target tahun 2030 adalah terbebas dari malnutrisi.

“Menurut Undang-Undang Perlindungan Kesehatan Anak Nomor 23 Tahun 2012 menyatakan bahwa setiap anak di Indonesia memiliki hak untuk hidup dan berkembang secara optimal. Seperti terbebasnya dari masalah gizi, termasuk stunting dan masalah gizi lebih yaitu obesitas.

Upaya penanggulangan masalah gizi dilakukan melalui perbaikan pola asuh, pola makan, peningkatan akses air bersih dan sanitasi.

Pemenuhan gizi diantaranya :

  • Makan beraneka ragam makanan sehat,
  • Pola hidup bersih dan sehat,
  • Pola hidup aktif dan berolahraga,
  • Rutin memantau berat badan.

Selain kasus stunting, kasus obesitas juga meningkat di Indonesia. Menurut definisi WHO, obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebih atau abnormal yang dapat mengganggu kesehatan.

Peningkatan obesitas selama pandemi COVID-19 disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik selama pandemi dan keadaan klinis yang meningkatkan risiko peningkatan berat badan.

Aktivitas masyarakat yang dibatasi selama pandemi ternyata berdampak pada penurunan aktivitas fisik.

Selain karena penurunan aktivitas fisik, penurunan status ekonomi juga dapat meningkatkan risiko obesitas. Hal ini disebabkan karena bahan makanan yang terjangkau sebagian besar mengandung karbohidrat dan lemak yang tinggi sehingga meningkatkan risiko kegemukan.

Baca Juga :  KODE REDEEM PUBG 25 Maret 2024 Terbaru

Faktanya angka obesitas di Indonesia memang cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas 2018, angka obesitas di Indonesia mencapai 21,8 persen dimana angka ini terus beranjak naik sejak Riskesdas 2007 sebesar 10,5 persen dan 14,8 persen pada Riskesdas 2013 (UNICEF, 2020).

Dengan meningkatnya angka obesitas ternyata dapat berdampak pada meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti diabetes, kanker, stroke, jantung, gangguan ginjal kronis, dan hipertensi.

Penyebab Penyakit Tidak Menular yang paling besar yaitu faktor gaya hidup seperti merokok, konsumsi minuman beralkohol, kurangnya konsumsi buah sayur, dan minimnya aktivitas fisik.

Menurut UNICEF (2020), beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi stunting dan obesitas yaitu :

  • Mensosialisasikan pedoman dan alat untuk mendukung kelanjutan layanan perbaikan gizi penting bagi remaja, wanita usia subur, perempuan hamil, ibu menyusui, dan balita – termasuk pemantauan dan penyuluhan terkait pertumbuhan, pemberian suplemen zat gizi mikro, konseling mengenai pola makan ibu dan bayi, serta pemberian makan dan biskuit energi tinggi bagi anak usia dini.
  • Tingkatkan kesadaran mengenai pentingnya memanfaatkan berbagai layanan perbaikan gizi.
  • Melakukan pengecekan kepada balita yang mengalami gizi buruk dan tata laksana penanganan balita yang teridentifikasi gizi buruk sesuai protokol dan tepat waktu.
  • Mendorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan menerapkan gaya hidup sehat untuk menguatkan sistem imun tubuh.

Upaya penanganan stunting dan obesitas

  • Mulai dari Mencari informasi bahan makanan, cara pengolahan, pola konsumsi, dengan semaksimal mungkin menggunakan bahan makanan bernilai gizi baik dan terjangkau.
  • Gizi seimbang artinya makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.
  • Konsumsi sayur dan buah sangat disarankan untuk menjaga daya tahan tubuh. Kandungan antioksidan dari sayur dan buah dapat membantu melawan radikal bebas, kandungan vitamin dapat menjaga fungsi tubuh, dan kandungan mineral dapat menjaga kinerja tubuh.
  • Masyarakat juga perlu terus dimotivasi untuk mengusahakan penyediaan dan konsumsi makanan yang sehat, bergizi, dan tepat.
  • Menerapkan pola hidup sehat seperti melakukan olahraga rutin dan istirahat yang cukup
  • Masyarakat yang mengalami stunting dan obesitas diberikan pelayanan oleh pihak-pihak yang dapat membantu seperti puskesmas, rumah sakit agar masyarakat tersebut segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Juga :  Kode Redeem Clash of Clans (COC) 25 Maret 2024 Terbaru Valid
Sejarah Hari Gizi Nasional

Melansir dari laman Sehat Negeriku, Hari Gizi Nasional diselenggarakan untuk memperingati dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia yang saat itu ditandai dengan berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan pada 25 Januari 1951.

Upaya perbaikan gizi masyarakat telah dimulai sejak tahun 1950 yakni saat Menteri Kesehatan Dokter J Leimena mengangkat Prof. Poorwo Soedarmo sebagai Kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR).

Saat itu LMR dikenal pula dengan sebutan Institut Voor Volksvoeding (IVV) yang merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan, Lembaga Eijckman. Sejak berdirinya sekolah tersebut, pendidikan tenaga gizi terus berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia.

Sejak saat itu, pendidikan tenaga gizi terus berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Upaya perbaikan gizi masyarakat sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1950 yakni pada saat Menteri Kesehatan Dokter J Leimena mengangkat Prof Poorwo Soedarmo sebagai Kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR).

Prof Poorwo Soedarmo dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia. Peringatan Hari Gizi Nasional pertama kali diadakan pada tahun 1960-an dan dilanjutkan sampai saat ini.

Itulah Hari Gizi Nasional 25 Januari 2022 dengan tema Aksi Bersama Cegah Stunting & Obesitas.

Referensi: unicef,org, p2ptm.kemkes.go.id, puspensos.kemensos.go.id, promkes.kemkes.go.id, sehatnegeriku.kemkes.go.id, republika.co.id, kompas.com