Dosen UNAIR Menciptakan Inkubator Buatan Untuk Penetasan Penyu, Dosen FKH SIKIA UNAIR, drh Aditya Yudhana MSi menciptakan teknologi inkubator penetasan penyu yaitu Intan Box (inkubator buatan) box sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi.

Aditya mengatakan, berawal dari permasalahan program konservasi penyu secara umum yang masih menggunakan sarang secara alami dan semi alami. Sarang alami yang murni seleksi alam kerap terjadi permasalahan meliputi pasang air laut, predator alami di pantai, dan pengambilan atau perdagangan ilegal dari telur penyu tersebut.

Dosen UNAIR Menciptakan Inkubator Buatan Untuk Penetasan Penyu

Melansir dari unair.ac.id ,  Dosen FKH Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga ( Unair ), Aditya Yudhana menciptakan teknologi inkubator penetasan penyu yaitu Intan Box (inkubator buatan) sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi.

Baca Juga :  Cara Mendapatkan Saldo DANA Gratis via Link DANA Kaget Terbaru 2024 Cepat Cair

Permasalahan konservasi penyu di Indonesia kerap kali terjadi, mulai dari penjualan illegal telur penyu, tingkat penetasan yang rendah, hingga penyakit. Tingkat penetasan yang rendah serta terserangnya penyakit diindikasikan oleh media penetasan yang kurang terkontrol dan steril.

“Sedangkan semi alami ini lebih proteksi, namun semi alami harus ada yang mengelola. Termasuk ketika pergantian pasir yang rutin dilakukan, kalau tidak diganti pasirnya maka akan rawan kontaminasi utamanya bakteri dan jamur. Pergantian pasir memerlukan tenaga dan biaya yang mahal karena kita butuh sarang luas untuk telur penyu,” ungkapnya.

Intan Box, ungkap Aditya, berasal dari kata inkubator (in) buatan (tan) box. Penggunaan kata box tersebut dikarenakan bentuknya yang kotak seperti box. Prinsip teknologi tersebut yaitu mengatur dan menjaga suhu serta kelembaban box sesuai dengan yang diinginkan menggunakan panel control otomatis.

Baca Juga :  Kode Kupon The Spike Volleyball Story 22 Februari 2024 Terbaru

“Sehingga apabila kita tahu suhu optimumnya dan sudah kita setting itu juga akan efisien kalau kita ingin menetaskan rasio tukik jantan dan betina yang seimbang. Karena suhu mempengaruhi jenis kelamin yang dihasilkan oleh reptile,” jelasnya.

Inovasi yang diusung oleh Aditya, tidak menggunakan media pasir sebagai media penetasan karena permasalahan kontaminasi mikroorganisme yang berasal dari pasir. Sehingga dicegah dengan membuat sebuah konsep penetasan dengan realisasi intan box tersebut.

“Jadi konsep tanpa menggunakan media pasir yang jadi kunci utamanya, karena parameter suhu dan kelembaban bisa kita kendalikan secara stabil. Sehingga kita tidak membutuhkan lagi media yang rawan akan cemaran maupun kontaminasi dari mikroorganisme tersebut,” imbuhnya.

Aditya berharap teknologi itu bisa diaplikasikan secara meluas. Karena kebutuhan dan pelaksanaan program konservasi penyu tidak hanya dilaksanakan di pesisir Banyuwangi saja, namun di seluruh Indonesia bahkan skala global.

Baca Juga :  Data Instansi yang Buka Formasi CPNS 2024 Lulusan SMA/SMK Sederajat

“Kami juga berkerja sama dengan beberapa pihak seperti Banyuwangi Sea Turtle, Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Denpasar dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah V Banyuwangi untuk mensukseskan teknologi ini,” sambungnya.

Dosen UNAIR Menciptakan Inkubator Buatan Untuk Penetasan Penyu

Referensi:

  • http://news.unair.ac.id
  • https://edukasi.okezone.com
  • https://www.medcom.id
  • https://www.tvonenews.com