Demi Piala Dunia 2022 Qatar yang Indah, Kuli Mati Terbakar Matahari Qatar memoles negaranya agar indah, jelang perhelatan Piala Dunia 2022. Guna mewujudkannya, kuli stadionnya dibayar murah sampai mati terbakar matahari.
Piala Dunia 2022 akan bergulir kurang lebih tepat setahun lagi. Rencananya, Qatar akan menjadi tuan rumah pesta akbar sepakbola itu pada 21 November hingga 18 Desember 2022.

Namun, sorotan tertuju pada Qatar sebagai tuan rumahnya. Negara teluk itu melakukan banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia untuk mempersiapkan Piala Dunia 2022.

Laporan Amnesty International terbaru menyebut, sebagaimana dilansir Guardian, banyak pekerja migran di Qatar yang justru terjebak, usai sistem perburuhan Kafala dihapuskan. Meski secara Undang-Undang mereka bisa pergi, namun majikannya menahannya.

Para pekerja imigran ditahan dokumennya, bahkan diminta membayarnya sebesar 6 ribu Riyal Qatar, atau setara Rp 23,5 juta, agar bisa berganti pekerjaan. Hal itu tertuang dalam laporan Amnesty International Reality Check 2021 setebal 48 halaman.

Kuli Mati Terpanggang Matahari

Baca Juga :  KODE REDEEM Mobile Legends 22 Februari 2024 Terbaru

Laporan derita kuli Piala Dunia 2022 juga diangkat Amnesty International. Banyak pekerja yang dibayar murah, yakni 12 paun per 11 jam bekerja selama sehari, atau setara Rp 230 ribu.

Bahkan, laporan soal tewasnya kuli karena kepanasan menjadi sorotan. Sebab, ada enam pekerja migran yang masihb muda meninggal tahun lalu akibat perubahan suhu drastis. Di antaranya adalah Suman Miah dan Tul Bahadur, yang tewas akibat di luar ruangan terlalu lama.

Kondisi itu diperparah dengan minimnya fasilitas perlindungan para kuli. Hanya ada tempat berteduh sebesar halte, bahkan tak jarang para kuli tertidur di trotoar itu sendiri.

Laporan Amnesty menjelaskan, sangat sulit memahami kasus-kasus kematian itu, dalam artian panas penyebab kematian, karena sertifikat kematian yang tidak jelas menjelaskannya sebagai ‘penyebab alami’ atau ‘henti jantung’.

Deskripsi ini ‘hampir tidak berarti dalam mensertifikasi kematian – dan dengan demikian tidak ada hubungan dengan kondisi kerja mereka’, laporan Amnesty menyatakan.

“Akibatnya, keluarga yang berduka tidak diberi kesempatan untuk mengetahui apa yang terjadi pada orang yang mereka cintai. Ini juga mencegah keluarga-keluarga menerima kompensasi dari majikan atau otoritas Qatar,” tulis pernyataan Amnesty International.

Baca Juga :  Daftar Beasiswa Short Course Australia Awards 2024 Dapatkan Plus Tunjangan-Visa

Kecaman Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 sendiri masif di kalangan suporter. Sementara para pemain dan tim masih terbelah soal isu tersebut.

Manajer Timnas Inggris, Gareth Southgate, mengatakan bahwa timnya akan ‘mempelajari situasi lebih dulu’ sebelum ikutan protes. Inggris sendiri sudah memastikan lolos ke Qatar tahun depan.

“Kita harus yakin dengan siapa kita harus berbicara, dan isu-isu apa yang penting, karena rasanya seperti ada banyak. Dan ini adalah situasi yang sangat rumit bagi kami. Karena kami jelas harus pergi dan bekerja dengan orang-orang, dan mewakili negara di negeri asing, dan ketika Anda melakukannya, Anda harus 100 persen yakin dengan fakta Anda ketika Anda berbicara. Dan itu tidak mudah saat ini,” kata Southgate.

“Kami memiliki tanggung jawab untuk mewakili negara kami dengan cara yang benar. Ada perbedaan budaya yang jelas antara kedua negara. Dan juga kami, sebagai bangsa, melakukan banyak bisnis dengan Qatar. Saya membaca tentang Rolls Royce, 10.000 pekerjaan baru, investasi besar dari Qatar ke mesin perkebunan, dan cara kerja. Jadi ini sangat kompleks.”

Baca Juga :  Arti Bayi Tabung dan Pentingnya Pendampingan Psikologis

“Tapi kami akan meluangkan waktu untuk mendidik diri kami sendiri. Jika kami merasa ada area yang dapat kami soroti dan bantu, maka jelas kami selalu mencoba melakukannya, dan kami akan melakukannya,” katanya.

Demi Piala Dunia 2022 Qatar yang Indah, Kuli Mati Terbakar Matahari

Sumber: https://www.detik.com/