Baju Bekas Trend Fashion Untuk Pelestarian Bumi. Menggunakan baju bekas atau second-hand kini tengah jadi pilihan gaya hidup banyak orang. Mereka menyebutnya dengan istilah thrifting.

Seniman daur ulang sekaligus salah satu pendiri Setali, Intan Anggita Pratiwie sedikit sepakat akan anggapan tersebut. Setali sendiri merupakan komunitas atau organisasi yang bergerak dalam bidang fesyen berkelanjutan.

Baju Bekas Trend Fashion Untuk Pelestarian Bumi

Baju bekas kini dianggap naik kelas. Tak sekadar cara berhemat, lebih dari itu, berbelanja baju bekas kini juga dianggap sebagai kontribusi untuk pelestarian Bumi. Dengan berbelanja baju bekas, Anda dianggap membantu meminimalisasi limbah tekstil yang jumlahnya sudah tak terbilang. Thrifting digadang-gadang sebagai salah satu cara menjalankan konsep sustainable living.

“Mau mulai belanja second-hand udah bagus banget,” ujar Intan pada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu. Belanja baju bekas memang bisa menjadi salah satu cara untuk membantu meminimalisasi limbah tekstil.

Menurut Intan, sampah tekstil di Indonesia sudah begitu menggunung. Bumi sendiri menampung sekitar 90 juta ton sampah tekstil setiap tahunnya.

Setali, yang fokus pada pengelolaan limbah pakaian, telah mengelola belasan ton sampah tekstil sejak 2018 lalu.

Berbelanja baju bekas memang bisa menjadi salah satu cara untuk meminimalisasi limbah tekstil. Tapi, bukan berarti semudah itu.

Baju Bekas Trend Fashion Untuk Pelestarian Bumi

Intan justru menyoroti tren baju bekas yang justru bisa memberikan efek terbalik. Tren seperti ini, menurut Intan, berpotensi menambah permintaan baju bekas yang berujung menjadikan Indonesia jadi tempat pembuangan sampah pakaian dari luar negeri.

“Padahal, sampah mode di Indonesia sudah begitu menggunung,” ujar Intan.

Sebagaimana diketahui, baju-baju bekas yang dijajakan di banyak tempat merupakan baju yang diimpor dari luar negeri. Bukan tak mungkin jika kemudian Indonesia justru malah akan jadi tempat pembuangan limbah fesyen dari negara-negara impor.

Selain itu, tren yang meningkat dan harga yang cukup terjangkau juga tak sedikit membuat banyak orang tergiur untuk berkali-kali berbelanja baju bekas.

“Kalau orang itu dirasa saking sukanya, beli berulang kali, malah numpuk pakaian tersebut,” ujar Intan.

Sustainable fashion sendiri, menurut Intan, merupakan konsep yang terdiri dari beberapa lapis. Tak hanya dengan berbelanja baju bekas, lantas Anda disebut menjalankan konsep sustainable fashion.

Intan menyoroti adanya kesalahpahaman banyak orang memaknai sustainable fashion. Bicara soal fesyen, pada dasarnya yang dibutuhkan seseorang adalah pakaian yang fungsional.

“Yang kita butuhkan [adalah] badan terlindungi dari panas, dingin,” ujar Intan. Beli baju secukupnya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Intan mengingatkan bahwa tren dibuat untuk menggiring kebutuhan pasar. Hal ini setidaknya terlihat dari tren thrifting yang belakangan digilai.

Baju Bekas Trend Fashion Untuk Pelestarian Bumi

“Tren itu, kan, ilusi yang dibuat untuk menggiring kebutuhan pasar,” ujar Intan.

Sah-sah saja jika Anda ingin mengikuti tren yang kini tengah digilai. Intan menyarankan Anda untuk membeli baju bekas milik seorang kenalan atau tangan orang pertama.

“Ikut garage sale orang, ngumpulin teman, buka lapak. Itu sehat dan ada management fashion waste,” katanya.

Intan mengatakan sustainable fashion memang ideal menggunakan konsep 4R yakni replace (mengganti), reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (daur ulang). Namun, istilah-istilah ini hanya-lah penamaan ala Barat yang aktivitasnya sendiri sudah dipraktikkan oleh generasi tua.

Dulu, mengenakan baju secara turun-temurun terbilang lumrah. Kebiasaan demikian kini dinamakan ‘reuse’.

“Dulu belum ada istilah upcycling, tahunya vermak. Ada juga istilah repair, memperbaiki. Sol sepatu keliling itu masuk repair,” imbuhnya.

Kalau ingin mulai mengadopsi sustainable fashion, caranya mudah. Intan memberikan beberapa tipsnya.

Baju Bekas Trend Fashion Untuk Pelestarian Bumi

1. Beli baju second-hand

Menurut Intan, sustainable fashion memiliki banyak lapisan. Ingin beli baju second-hand? Boleh saja. Namun, Anda perlu menyadari kebutuhan yang sebenarnya agar tak muncul jiwa konsumtif yang berlebihan.

Kalau beli baju bekas terlalu sering, baju malah berujung tidak dikenakan dan menumpuk jadi sampah. Padahal, Anda ingin mengurangi sampah fesyen.

2. Rawat pakaian dengan baik

Pahami tipe pakaian Anda. Tiap pakaian atau material memiliki cara perawatan berbeda. Merawat pakaian dengan baik termasuk mode berkelanjutan.

“Baju yang seharusnya enggak masuk mesin cuci, dicuci pakai mesin lalu rusak. Nah, pahami lagi, bajunya bisa masuk mesin atau cuci tangan? Ini harus jadi perhatian,” kata Intan.

3. Pakai pakaian yang ada di lemari

Sesekali, bongkar lemari baju dan cek baju-baju yang dimiliki. Kadang, Anda tak sadar akan baju-baju yang kurang tersorot. Alih-alih mencoba baju lain, Anda justru terbiasa memakai baju yang itu-itu saja.

Kalau ada baju yang tidak ingin dipakai lagi, Anda bisa upcycling atau menjadikannya baju ‘baru’, dilungsurkan atau diberikan pada teman, saudara, dan bisa juga dijual via garage sale atau tempat penjualan barang second-hand.

4. Utamakan dukung teman yang punya jenama mode

Membeli baju baru bukan sesuatu yang haram meski Anda sedang mencoba menginisiasi sustainable fashion. Intan menyarankan untuk mengutamakan teman atau kenalan yang memiliki jenama mode.

Saat mengetahui perjalanan mereka, cerita di balik busana yang dibeli, tentu bisa menumbuhkan rasa memiliki tinggi dan keinginan untuk merawat dengan baik.

“Kita punya good attachment dengan baju itu. Kita tahu visi misinya dia apa, kita support,” katanya.

Baju Bekas Trend Fashion Untuk Pelestarian Bumi

Sumber : www.cnnindonesia.com