Koleksi Denny Wirawan, “Niti Senja” Hadirkan Batik Kudus, koleksi terbarunya kali ini kembali mengolah kain-kain batik dari Kudus. Berbeda dari koleksi sebelumnya, koleksi Niti Senja ini dibuat dengan menggunakan kain-kain batik cap dengan motif asli Kudus.
Desainer Indonesia itu baru saja menghadirkan ragam koleksi berbahan batik Kudus untuk lini busana Denny Wirawan Indonesia dan BaliJava melalui pagelaran busana luring bertajuk Niti Senja, pada Kamis, 2 Desember 2021.
Proyek tersebut sudah dirintis sejak 2019 dan Denny semestinya menggelar fashion show pada 2020. Akan tetapi, situasi pandemi memaksanya memundurkan rencana hingga awal 2021. Itu pun diagendakan ulang hingga tiga kali sebelum berhasil ditunaikan pada awal Desember 2021.
Senja digambarkan desainer Denny Wirawan sebagai proses pembelajaran dalam hidup. Bersama senja, Denny juga menghadirkan koleksi terbarunya bertajuk Niti Senja.
Niti Senja adalah koleksi dengan berbagai usulan rancangan mulai dari konsep yang diterjemahkan dalam warna, bentuk, desain, detail dan patternization untuk kaum urban yang aktif dan menginginkan tampilan yang simple dan elegan namun tetap tampil dalam nuansa city look yang essentialily, exploitation,dan exploration (beyond nature).
Sama seperti akar koleksi Denny lainnya, koleksi terbarunya kali ini kembali mengolah kain-kain batik dari Kudus. Berbeda dari koleksi sebelumnya, koleksi Niti Senja ini dibuat dengan menggunakan kain-kain batik cap dengan motif asli Kudus.
Bekerja sama dengan Djarum Bakti Budaya, Denny merancang ulang batik cap yang sudah ada di Kudus. Alih-alih menciptakan motif baru, ia memanfaatkan perhitungan matematika untuk menghasilkan batik cap berbeda dengan motif khas yang sudah ada.
“Batik dipakai ini merupakan batik hasil kelompok binaan bersama Djarum Bakti Budaya di Kudus. Para perajin ini dibina untuk membuat kain-kain batik cap sesuai dengan kreasi mereka sendiri sesuai ciri khas Kudus,” kata Denny usai fashion show, beberapa waktu lalu.
“Kalau lihat motif batik cap yang ada, rata dan monoton. Kita coba me-layout beda supaya kalau dipakai, lebih seru,” ujar Denny yang ditemui seusai show di Bali Room Hotel Indonesia.
Menurut Denny, prosesnya panjang dan menantang. Bahkan setelah kain jadi, ia mengaku pusing mengolah kainnya agar motifnya bisa menonjol dengan maksimal.
Beras kecer, sisir, anggrek kupu, isen-isen, banji, hingga kembang kopi adalah sederet motif batik khas Kudus yang diramu ulang jadi sesuatu berbeda. Denny juga menyertakan tim lulusan tekstil ITB untuk mengembangkan alat capnya.
“Kita memang yang membuat motif, tapi dikembalikan lagi ke pengrajin. Pengrajin dibebaskan berkreasi,” kata dia. Mulanya ada tiga kelompok pembatik yang diajak memproduksi batik Kudus gaya baru itu, tetapi akhirnya hanya satu yang produknya bisa diterima dan dipakai Denny.
Terpuruk akibat pandemi Covid-19 tidak membuat para difabel Blora Mustika putus asa. Mereka tetap semangat membatik karena mereka yakin bisa bangkit dari pandemi jika mau berusaha.
Denny Wirawan menggunakan batik dengan teknik cap yang menjelma menjadi busana yang edgy dan energik. Dan tidak terkesan tua, eksplorasi sang desainer berlanjut dengan kombinasi material yang chic seperti kain wastra yang dipasangkan dengan rok tulle untuk menghidupkan kesan ladylike.
Keseluruhan look yang ditampilkan juga mengusung tema mix & match, back to work, dan freedom, Total ada 44 look yang ada di koleksi Niti Senja. 44 look ini terdiri dari busana perempuan dan pria. yang sangat cocok untuk pecinta fashion yang aktif berkarya dengan semangat baru di era pandemi ini.
Referensi: cnnindonesia.com,kumparan.com, youtube indonesiakaya