Reggi Kayong Munggaran, Aktivis Sosial yang Jatuh Cinta pada Buku. Reggi Kayong Munggaran (38) adalah satu dari ribuan orang di dunia yang jatuh cinta pada buku. Ribuan buku yang ada di kediamannya menggambarkan kecintaannya terhadap dunia literasi. Menariknya, minat baca Ketua Operasional Jabar Quick Response (JQR) ini tak tumbuh begitu saja, melainkan lahir dari ketidaksengajaan.
Reggi Kayong Munggaran, Aktivis Sosial yang Jatuh Cinta pada Buku
“Saya dulu termasuk orang yang kurang minat baca buku,” ujarnya, saat ditemui di kediamannya di Kompleks Nata Endah Kopo, Kabupaten Bandung, Rabu (21/1/2021).
Sebab, menurutnya, saat itu musik lebih mencuri perhatiannya ketimbang buku. Namun, karena ayahnya sering membelikan buku komik yang dibaca oleh adiknya, lambat laun ia pun tertartik mengenal cerita bergambar tersebut. Komik “Dragon Ball”, “Doraemon” hingga “Petruk” karya Tatang Suhenra menjadi pengantar bagi Reggi menuju dunia literasi.
“Dari situ, aya kertas ngagoler ge osok hayang maca (ada kertas tergeletak juga jadi ingin baca),” ungkapnya.
Dari sanalah, khazanah bacaannya meluas. Ia mulai menyelami buku-buku dengan berbagai genre. Mulai dari sejarah, politik, filsafat hingga cerita pendek. Tetapi, buku sejarahlah yang mencuri perhatian pria lulusan Universitas Islam Bandung (Unisba) tersebut.
“Berkenalanlah saya dengan buku sejarah tentang Soekarno, yakni ‘Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’ karya Cindy Adams. Dari situ, saya jadi tahu orang-orang yang menjadi referensi Soekarno. Dari sanalah saya mulai mencari buku-buku lain,” tuturnya.
Melalui buku jugalah kecintaannya terhadap sosok Bung Karno semakin tumbuh. Seiring berjalannya waktu, buku menjelma menjadi teman bagi Reggi. Ribuan buku yang tertata di rumahnya membuktikan itu semua.
Tularkan Minat Baca, Ciptakan Perpustakaan
Rupanya, Reggi tak ingin menjadi satu-satunya orang yang tumbuh bersama buku. Maka dari itu, di manapun berada, ia selalu menularkan minat bacanya kepada sesama. Kebiasaan tersebut melahirkan perpustakaan yang sebagian besar merupakan koleksi bukunya.
“Saat bekerja di advokat, saya melihat kok (koleksi bukunya) sedikit. Akhirnya, buku-buku hukum saya simpan di sana dan jadilah perpustakaan. Pun demikian saat menjadi aktivis di Walhi,” ujarnya.
Beberapa bukunya pun menjadi bagian koleksi di perpustakaan Command Room dan balai warga.
Baginya, bukan tanpa alasan dirinya menjadikan buku sebagai sesuatu yang penting. Ia berpikir, buku bisa mempertajam argumen. “Misalnya, sebagai seorang aktivis, lamun tara maca buku, basis argumen dan logikanya dari mana?” ucapnya.
Menurutnya, dalam beberapa keadaan, membaca juga bisa menjadi obat stres. “Kadang cerpen atau buku-buku ringan lain saya baca. Gimana situasinya,” imbuh pria yang hobi mendaki gunung tersebut.
Buku adalah Piza
Ia pun berbagi tips untuk menumbuhkan minat baca. “Kita bisa memulainya dengan membaca yang kita sukai. Saya pernah baca satu buku, di sana tertulis buku itu ibarat sepotong piza. Jadi, teangan weh nu ngenah (cari saja bagian enaknya). Tidak harus sok keren dengan membaca buku-buku seperti matematika, filsafat atau logika. Baca mah naon weh (baca saja buku apapun) dari yang kamu sukai,” ujarnya.
Masa pandemi saat ini adalah waktu yang tepat untuk belajar, sekaligus muhasabah diri dengan membaca buku. “Daripada stres, cari dan bacalah buku. Mumpung dunia lagi seperti ini, perkayalah diri dengan wawasan,” ajaknya.
Selain bergelut di dunia literasi, ayah dua anak tersebut pun aktif dalam kegiatan sosial. Sebelum menjadi relawan Jabar Quick Response, Reggi telah belasan kali terlibat dalam kegiatan sosial. Mulai dari gerakan kampung kreatif, memberi advokasi bagi masyarakat hingga penanggulangan bencana.
Jabar Quick Response, kata Reggi, menjadi bukti bahwa negara, dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat hadir bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan. “Ketika masyarakat kesulitan, negara berusaha hadir di sana,” tutupnya.
Sumber : http://disdik.jabarprov.go.id/news/2453/kisah-reggi%2C-aktivis-sosial-yang-jatuh-cinta-pada-buku