5 Sandungan di Era Mobil Listrik Indonesia. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan bahwa untuk sejumlah tantangan akan memasuki ke era mobil listrik.

Dengan sejumlah tantangan ini, maka diperlukan transisi ke era mobil listrik.

5 Sandungan di Era Mobil Listrik Indonesia

Ia menambahkan transisi alami perlu berjalan mulus sehingga tidak ada yang dirugikan. Hal ini terjadi saat pergeseran antara transmisi manual ke otomatis pada industri otomotif.

“Yang penting, semua bisa terakomodasi dengan baik,” jelas Ketua V Gaikindo Shodiq Wicaksono dalam keterangan tertulis yang dikutip Senin (18/10).

Sepi peminat

Harga mobil listrik yang tinggi tidak diiringi dengan kemampuan daya beli masyarakat. Imbas dari kemampuan atau daya beli konsumen dinilai masih rendah, sehingga mobil murni listrik menurutnya belum terlalu diminati oleh banyak konsumen.

Berdasarkan data Gaikindo, per September 2021, penjualan mobil listrik murni mencapai 611 unit, hanya 0,1 persen dari total pasar, sedangkan PHEV 44 unit. Kemudian penjualan HEV mencapai 1.737 unit atau 0,3 persen.

“PDB per kapita Indonesia saat ini masih di kisaran US$4.000, sehingga daya beli masyarakat untuk mobil masih di bwah Rp300 juta,” kata Shodiq.

Baca Juga :  Kode Redeem Game Point Blank 14 Februari 2024 Update Terbaru Valid

Infrastruktur cas mobil

Shodiq melanjutkan tantangan lain soal infrastruktur pengecasan baterai mobil listrik di Indonesia juga masih terbatas. Berikutnya dari sisi industri, mobil listrik yang dipasarkan saat ini masih diimpor dalam keadaan utuh, belum dirakit atau dibuat di Indonesia.

Komponen masih disiapkan

Kemudian, kata dia, industri komponen utama baterai masih dalam proses pembangunan yang diperkirakan baru mulai berproduksi pada 2024.

“Lalu nilai jual kembali BEV juga menjadi tantangan, selain harga baterai masih mahal, yakni 40-60 persen dari harga kendaraan listrik). Selanjutnya, terwujudnya BEV perlu terintegrasi dengan eco industry, penelitian dan pengembangan, serta industri komponen pendukung,” kata dia.

Seiring dengan itu, dia menyatakan, perlu transisi teknologi untuk mengurangi dampak perubahan struktur industri sebelum terjadi industrialisasi komponen BEV, antaranya seperti baterai, PCU atau inverter, dan lain-lain. Tujuannya agar BEV dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional dan menyerap tenaga kerja baru.

Transisi teknologi

Namun pada prinsipnya, dia menyatakan, industri otomotif mendukung penuh mobil listrik, hanya saja ini membutuhkan transisi teknologi.

Baca Juga :  KODE REDEEM PUBG 16 Februari 2024 Terbaru

Sebab, menurutnya ketika teknologi berubah dari mesin konvensional ke motor listrik, komponen berubah. Itu sebabnya, semua pihak harus mengurangi dampak negatif tersebut ke industri, terutama kepada pemasok komponen.

Ketua Umum Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) Hamdhani Dzulkarnaen Salim menyatakan sebanyak 47 persen anggotanya akan terdisrupsi dari transisi ICE ke BEV.

Komponen yang hilang di BEV adalah mesin, pelumas, termasuk tangki bensin, dan knalport, sedangkan komponen perlu penyesuaian di BEV adalah rem, elektronik, drivetrain, AC, dan kompresor.

Adapun komponen baru di BEV, kata dia, yakni battery pack, inverter, motor, DC converter dan charger. Sementara itu, komponen ICE yang masih digunakan di BEV adalah roda dan ban, setir, suspensi, aki, sasis dan bodi, interior dan eksterior, serta lampu. Saat ini, total anggota GIAMM mencapai 240 perusahaan, baik pemasok mobil dan motor.

Dia menyatakan, pengembangan ICE ke BEV membutuhkan transisi dan melalui sejumlah tahapan. Sebab itu ketimbang langsung ke mobil listrik murni, industri mobil ICE bisa masuk ke HEV dan PHEV terlebih dahulu.

Baca Juga :  Kunci Jawaban Soal PKN Kelas 11 SMA Halaman 129 Kurikulum Merdeka, Uji Pemahaman

“Ini bukan berarti kami pro ke merek-merek tertentu. Sebab, masa transisi ini dibutuhkan agar kami punya waktu untuk membangun kompetensi. Kalau langsung ke BEC, waktunya sangat terbatas,” kata Hamdani.

Harga tak murah

Shodiq mengatakan tantangan pertama yaitu soal harga. Dari sini terlihat harga mobil listrik yang dipasarkan kini masih tergolong tinggi.

Ia memaparkan harga mobil murni listrik saat ini terlalu mahal, atau sekitar Rp600 jutaan. sedangkan daya beli

masyarakat Indonesia untuk mobil masih di bawah Rp300 jutaan.

5 Sandungan di Era Mobil Listrik Indonesia

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/


Live Streaming